Sejarah Letusan Krakatau

Gunung Krakatau adalah sebuah pulau vulkanik di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatera di Indonesia . Gunung Krakatau adalah bagian dari provinsi Lampung di Sumatera. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 adalah salah satu peristiwa vulkanik paling dahsyat yang pernah tercatat. Sebuah ledakan besar (setara dengan 150 megaton TNT) terjadi bagaikan air laut yang datang dari magma panas dan berbalik langsung menjadi uap. Ledakan itu terdengar lebih dari 4.000 km di Australia dan India.

Letusan Gunung Krakatau
Seluruh gunung berapi hancur karena ledakan besar. Bagian dari gunung Krakatau berapi jatuh ke laut dan menyebabkan tsunami raksasa (40 meter). Debu dari letusan mencapai stratosfer dan cuaca yang terkena dampak di seluruh dunia selama beberapa tahun. Lebih dari 35.000 orang tewas oleh tsunami dan letusan Gunung Krakatau. Hanya sekitar sepertiga dari populasi penduduk di pulau itu yang selamat dari bencana tersebut, yang terjadi di tahun 1883.


Dari tahun 1927 sampai 1930, ada beberapa letusan bawah laut di lokasi gunung berapi Krakatau lama. Pada tanggal 11 Agustus 1930, sebuah gunung berapi baru dan pulau muncul. Ini gunung berapi baru dan pulau itu disebut "Anak Krakatau". Pulau Anak Krakatau adalah sebuah taman nasional. Untuk berkunjung di pulau tersebut, wisatawan harus mendapatkan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Anda dapat mencapai Pulau Anak Krakatau menggunakan perahu dari pantai Anyer atau Pantai Carita di Jawa Barat, atau Lampung di Sumatera.

Dari Anyer dan Carita Menuju Krakatau.
Cara termudah untuk masuk ke Krakatau adalah dengan menghubungi operator tur di Anyer atau Carita. Anyer dapat dicapai dari Jakarta dengan bus umum dari stasiun bus Kalideres. Kisaran biaya tur akan sekitar Rp 750.000 - 3,000,0000 tergantung berapa banyak orang yang bergabung dalam rombongan tour dan juga panjang tur. Harga akan meliputi makanan, perahu, tenda dan panduan. Pilihan lain untuk bepergian dari Jakarta, Anda dapat naik mini van (Angkutan) dari Carita ke Cilegon (sekitar 1,5 ~ 2 jam) dengan biaya RP 20.000. Sopir akan menurunkan Anda di persimpangan di mana Anda dapat menaiki bus VIP (sekitar 3 jam) kembali ke Jakarta. Bus VIP ber-AC langsung ke Jakarta biaya sekitar Rp 17.000. 


Tip Perjalanan ke Krakatau
Cara lain untuk mencapai Krakatau yang kurang terkenal untuk orang asing tapi menjadi pilihan yang lebih baik bagi penduduk setempat yang ingin menghemat uang adalah melalui Provinsi Lampung. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai Krakatau dari sini tapi perjalanan akan lebih mengasyikkan jika Anda ingin cara yang lebih petualang. Lampung dapat ditempuh melalui darat maupun feri dari Pelabuhan Merak. Perjalanan Ferry membutuhkan waktu 2 jam Dari Pelabuhan di Lampung.

Biaya sekitar Rp 10.000. Dari stasiun bus Rajabasa, Anda dapat mengambil sebuah minibus kuning untuk membawa Anda ke Kalianda untuk biaya sekitar Rp 12.000. Anda dapat menghubungi Krakatoa Nirwana Resort (62-727-3228 88, 322 900) yang kadang-kadang mengatur perjalanan ke Krakatau. Biaya tur sebesar Rp 3.500.000 untuk seluruh kapal, termasuk makan siang dan pemandu wisata. Jika Anda berkunjung dengan jumlah lebih dari sepuluh orang dengan Anda, lebih baik Anda mengambil perjalanan Anda dari sini.

Menyewa Perahu Ke Krakatau
Untuk alternatif Yang lebih murah adalah menyewa perahu di Pelabuhan Canti. Anda dapat mencapai Pelabuhan Canti dari Kalianda dengan ojek dengan ongkos Rp 10.000 atau minibus seharga Rp 5.000. Jika Anda ingin menyewa perahu nelayan tradisional untuk membawa Anda ke Krakatau, Anda dapat membuat kesepakatan dengan pemilik perahu di sana. Satu hari sewa perahu akan dikenakan biaya sekitar Rp 1.500.000 (hanya sehari). Anda harus membawa pelampung Anda sendiri karena perahu nelayan tradisional tidak akan memberikan itu.


Ada pilihan yang lebih murah dari Pulau Sabesi. Kapal reguler dari Pelabuhan Canti beroperasi jam 11:00-14:00 dan biaya Rp 15.000. Jika Anda terburu-buru untuk ke Sabesi, Anda bisa menyewa perahu dengan harga hanya Rp 400.000 sekali jalan. Di Pulau Sabesi, Anda dapat menghubungi beberapa nelayan untuk menyewa perahu mereka. Harga untuk perahu akan sekitar Rp 300.000 untuk siang hari dan Rp 600.000 untuk malam waktu. Anda harus membawa makanan Anda sendiri dan pelampung. 

Salah satu penjaga (Pak Akhyar, Hp: 6281369281861) di pulau ini dapat mengatur perjalanan nyaman Anda untuk menuju Krakatau. Harga ini akan mencakup kapal, makanan, dan ternasuk pemandu wisata. Ia juga menyediakan jaket pelampung. Anda dapat menegosiasikan harga dengan dia secara langsung. Waspadai gelombang saat berkunjung di bulan Agustus, September, Oktober, dan November, karena di bulan ini, gelombangnya cukup kuat.Dan yang perlu Anda ketahui bahwa, Anak Krakatau merupakan gunung berapi aktif.
Baca lebih lanjut »

Berburu Paus Di Lamalera

Lamalera adalah suku yang terletak di Kabupaten Lembata, NTT. suku Lamarela bermukim di pulau yang memiliki luas daratan 126.684 ha, itu merupakan gugusan kepulauan Solor yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor. Bagian selatan pulau ini merupakan daerah perlintasan migrasi ikan paus. Antara bulan Mei s/d Agustus, paus-paus berukuran besar melintasi daerah Lamalera dari Lautan Antartika menuju ke daerah tropis, untuk mengejar makanannya. 

Lamalera tersohor sampai ke mancanegara karena di tempat inilah terdapat kegiatan perburuan paus. Nelayan di Lamalera, setiap “musim paus” selalu menangkap mamalia berukuran besar itu dengan cara tradisional. Dengan perahu yang masih tradisioanal, mereka mengejar paus ke laut, kemudian menancapkan tombak yang diikatkan ke badan perahu.


Perburuan ikan paus ini dilakukan oleh penduduk Pria Lamalera yang sudah dewasa serta dianggap memiliki kemampuan (biasanya setiap keluarga mewakilkan satu anggota keluarganya). Sebelum berburu, mereka semua memanjatkan doa-doa kepada Tuhan agar diberi keberhasilah dalam perburuan Ikan paus. Presentasi keberhasilan penangkapan ikan paus ini tidak bisa dibilang tinggi, karna metode perburuan yang dilakukan memang menggunakan cara tradisional. Yaitu dengan menancapkan tombak ke badan ikan paus. 

Perburuan paus dilakukan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu yang disebut "Paledang" . Orang yang bertugas menikam paus disebut "Lama fa", Lama fa nantinya akan berdiri diujung perahu dan untuk menikam paus lama fa akan melompat dan menikamkan tombak "tempuling" pada paus. 


Daging paus yang diperoleh dari perburuan ini nantinya akan dibagikan kepada seluruh penduduk sesuai besar kecilnya jasa wakil anggota keluarga mereka dalam proses perburuan pausnya. Selain hasil daging, masyarakat juga memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat dan bahan bakar untuk pelita atau lampu teplok. 

Walaupun sudah ada beberapa konversi yang menyatakan pelarangan terhadap perburuan paus tersebut, tapi Tradisi berburu paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Para penduduk lamalera mengatakan bahwa paus yang mereka buru sudah mereka konservasi terlebih dahulu, sehingga paus yang masih hamil serta masih terlalu kecil tak akan diburu, hal itu dilakukan untuk tetap menjaga populasi paus di daerah lamalera. lagipula bukankan cara yang kami lakukan masih tradisional dan bukan menggunakan racun seperti yang banyak dilakukan nelayan modern. Penduduk Lamalera juga mengklaim bahwa hasil dari perburuan paus itu tidak sampai 20 ekor per tahun, sehingga tidak akan terlalu mempengaruhi populasi ikan paus. 


Kini para orang Tua di Lamalera berusaha keras untuk melatih anak mereka menjadi seorang lama fa, Hal ini disebabkan karna makin hilangnya kesadaran para pemuda lamalera dalam mempertahankan tradisi berburu paus. Sehingga dengan melatih anak-anak, diharapkan tradisi ini kan tetap lestari sampai kapanpun
Baca lebih lanjut »