Sejarah Letusan Krakatau

Gunung Krakatau adalah sebuah pulau vulkanik di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatera di Indonesia . Gunung Krakatau adalah bagian dari provinsi Lampung di Sumatera. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 adalah salah satu peristiwa vulkanik paling dahsyat yang pernah tercatat. Sebuah ledakan besar (setara dengan 150 megaton TNT) terjadi bagaikan air laut yang datang dari magma panas dan berbalik langsung menjadi uap. Ledakan itu terdengar lebih dari 4.000 km di Australia dan India.

Letusan Gunung Krakatau
Seluruh gunung berapi hancur karena ledakan besar. Bagian dari gunung Krakatau berapi jatuh ke laut dan menyebabkan tsunami raksasa (40 meter). Debu dari letusan mencapai stratosfer dan cuaca yang terkena dampak di seluruh dunia selama beberapa tahun. Lebih dari 35.000 orang tewas oleh tsunami dan letusan Gunung Krakatau. Hanya sekitar sepertiga dari populasi penduduk di pulau itu yang selamat dari bencana tersebut, yang terjadi di tahun 1883.


Dari tahun 1927 sampai 1930, ada beberapa letusan bawah laut di lokasi gunung berapi Krakatau lama. Pada tanggal 11 Agustus 1930, sebuah gunung berapi baru dan pulau muncul. Ini gunung berapi baru dan pulau itu disebut "Anak Krakatau". Pulau Anak Krakatau adalah sebuah taman nasional. Untuk berkunjung di pulau tersebut, wisatawan harus mendapatkan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Anda dapat mencapai Pulau Anak Krakatau menggunakan perahu dari pantai Anyer atau Pantai Carita di Jawa Barat, atau Lampung di Sumatera.

Dari Anyer dan Carita Menuju Krakatau.
Cara termudah untuk masuk ke Krakatau adalah dengan menghubungi operator tur di Anyer atau Carita. Anyer dapat dicapai dari Jakarta dengan bus umum dari stasiun bus Kalideres. Kisaran biaya tur akan sekitar Rp 750.000 - 3,000,0000 tergantung berapa banyak orang yang bergabung dalam rombongan tour dan juga panjang tur. Harga akan meliputi makanan, perahu, tenda dan panduan. Pilihan lain untuk bepergian dari Jakarta, Anda dapat naik mini van (Angkutan) dari Carita ke Cilegon (sekitar 1,5 ~ 2 jam) dengan biaya RP 20.000. Sopir akan menurunkan Anda di persimpangan di mana Anda dapat menaiki bus VIP (sekitar 3 jam) kembali ke Jakarta. Bus VIP ber-AC langsung ke Jakarta biaya sekitar Rp 17.000. 


Tip Perjalanan ke Krakatau
Cara lain untuk mencapai Krakatau yang kurang terkenal untuk orang asing tapi menjadi pilihan yang lebih baik bagi penduduk setempat yang ingin menghemat uang adalah melalui Provinsi Lampung. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai Krakatau dari sini tapi perjalanan akan lebih mengasyikkan jika Anda ingin cara yang lebih petualang. Lampung dapat ditempuh melalui darat maupun feri dari Pelabuhan Merak. Perjalanan Ferry membutuhkan waktu 2 jam Dari Pelabuhan di Lampung.

Biaya sekitar Rp 10.000. Dari stasiun bus Rajabasa, Anda dapat mengambil sebuah minibus kuning untuk membawa Anda ke Kalianda untuk biaya sekitar Rp 12.000. Anda dapat menghubungi Krakatoa Nirwana Resort (62-727-3228 88, 322 900) yang kadang-kadang mengatur perjalanan ke Krakatau. Biaya tur sebesar Rp 3.500.000 untuk seluruh kapal, termasuk makan siang dan pemandu wisata. Jika Anda berkunjung dengan jumlah lebih dari sepuluh orang dengan Anda, lebih baik Anda mengambil perjalanan Anda dari sini.

Menyewa Perahu Ke Krakatau
Untuk alternatif Yang lebih murah adalah menyewa perahu di Pelabuhan Canti. Anda dapat mencapai Pelabuhan Canti dari Kalianda dengan ojek dengan ongkos Rp 10.000 atau minibus seharga Rp 5.000. Jika Anda ingin menyewa perahu nelayan tradisional untuk membawa Anda ke Krakatau, Anda dapat membuat kesepakatan dengan pemilik perahu di sana. Satu hari sewa perahu akan dikenakan biaya sekitar Rp 1.500.000 (hanya sehari). Anda harus membawa pelampung Anda sendiri karena perahu nelayan tradisional tidak akan memberikan itu.


Ada pilihan yang lebih murah dari Pulau Sabesi. Kapal reguler dari Pelabuhan Canti beroperasi jam 11:00-14:00 dan biaya Rp 15.000. Jika Anda terburu-buru untuk ke Sabesi, Anda bisa menyewa perahu dengan harga hanya Rp 400.000 sekali jalan. Di Pulau Sabesi, Anda dapat menghubungi beberapa nelayan untuk menyewa perahu mereka. Harga untuk perahu akan sekitar Rp 300.000 untuk siang hari dan Rp 600.000 untuk malam waktu. Anda harus membawa makanan Anda sendiri dan pelampung. 

Salah satu penjaga (Pak Akhyar, Hp: 6281369281861) di pulau ini dapat mengatur perjalanan nyaman Anda untuk menuju Krakatau. Harga ini akan mencakup kapal, makanan, dan ternasuk pemandu wisata. Ia juga menyediakan jaket pelampung. Anda dapat menegosiasikan harga dengan dia secara langsung. Waspadai gelombang saat berkunjung di bulan Agustus, September, Oktober, dan November, karena di bulan ini, gelombangnya cukup kuat.Dan yang perlu Anda ketahui bahwa, Anak Krakatau merupakan gunung berapi aktif.
Baca lebih lanjut »

Berburu Paus Di Lamalera

Lamalera adalah suku yang terletak di Kabupaten Lembata, NTT. suku Lamarela bermukim di pulau yang memiliki luas daratan 126.684 ha, itu merupakan gugusan kepulauan Solor yang terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor. Bagian selatan pulau ini merupakan daerah perlintasan migrasi ikan paus. Antara bulan Mei s/d Agustus, paus-paus berukuran besar melintasi daerah Lamalera dari Lautan Antartika menuju ke daerah tropis, untuk mengejar makanannya. 

Lamalera tersohor sampai ke mancanegara karena di tempat inilah terdapat kegiatan perburuan paus. Nelayan di Lamalera, setiap “musim paus” selalu menangkap mamalia berukuran besar itu dengan cara tradisional. Dengan perahu yang masih tradisioanal, mereka mengejar paus ke laut, kemudian menancapkan tombak yang diikatkan ke badan perahu.


Perburuan ikan paus ini dilakukan oleh penduduk Pria Lamalera yang sudah dewasa serta dianggap memiliki kemampuan (biasanya setiap keluarga mewakilkan satu anggota keluarganya). Sebelum berburu, mereka semua memanjatkan doa-doa kepada Tuhan agar diberi keberhasilah dalam perburuan Ikan paus. Presentasi keberhasilan penangkapan ikan paus ini tidak bisa dibilang tinggi, karna metode perburuan yang dilakukan memang menggunakan cara tradisional. Yaitu dengan menancapkan tombak ke badan ikan paus. 

Perburuan paus dilakukan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu yang disebut "Paledang" . Orang yang bertugas menikam paus disebut "Lama fa", Lama fa nantinya akan berdiri diujung perahu dan untuk menikam paus lama fa akan melompat dan menikamkan tombak "tempuling" pada paus. 


Daging paus yang diperoleh dari perburuan ini nantinya akan dibagikan kepada seluruh penduduk sesuai besar kecilnya jasa wakil anggota keluarga mereka dalam proses perburuan pausnya. Selain hasil daging, masyarakat juga memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat dan bahan bakar untuk pelita atau lampu teplok. 

Walaupun sudah ada beberapa konversi yang menyatakan pelarangan terhadap perburuan paus tersebut, tapi Tradisi berburu paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Para penduduk lamalera mengatakan bahwa paus yang mereka buru sudah mereka konservasi terlebih dahulu, sehingga paus yang masih hamil serta masih terlalu kecil tak akan diburu, hal itu dilakukan untuk tetap menjaga populasi paus di daerah lamalera. lagipula bukankan cara yang kami lakukan masih tradisional dan bukan menggunakan racun seperti yang banyak dilakukan nelayan modern. Penduduk Lamalera juga mengklaim bahwa hasil dari perburuan paus itu tidak sampai 20 ekor per tahun, sehingga tidak akan terlalu mempengaruhi populasi ikan paus. 


Kini para orang Tua di Lamalera berusaha keras untuk melatih anak mereka menjadi seorang lama fa, Hal ini disebabkan karna makin hilangnya kesadaran para pemuda lamalera dalam mempertahankan tradisi berburu paus. Sehingga dengan melatih anak-anak, diharapkan tradisi ini kan tetap lestari sampai kapanpun
Baca lebih lanjut »

Eksotisme Pantai Pink Labuan Bajo


Tak usah jauh-jauh ke Bahama, di negara kita pun ada pantai yang pasirnya berwarna pink. Lokasi tersebut tepatnya ada di Pulau Komodo, provinsi Nusa Tenggara Timur. Penduduk setempat menamakannya Pantai Merah, namun secara internasional lebih dikenal sebagai Pink Beach. Kabar baiknya lagi, di pantai ini tidak ada bangunan apa-apa dan tidak dihuni penduduk, pantainya kosong, song, song. Nah, sekarang bayangkan diri Anda berfoto di pantai dengan latar belakang air laut bergradasi biru, perbukitan hijau,  langit biru cerah, gumpalan awan putih, dan hamparan pasir yang benar-benar berwarna pink! How romantic!

Konon pantai berpasir warna pink hanya ada 7 di dunia, salah satunya di Pulau Komodo. Pasir pink ini terbentuk dari pecahan karang berwarna merah. Tapi sebenarnya hewan mikroskopik semacam amuba bernama Foraminifera yang memproduksi warna merah atau pink terang pada karang. Bila kita mengambil sejumput pasirnya maka terlihat pasir berwarna merah di antara pasir putih. Bila ombak menyapu pasir dan menariknya, maka warna pasir tersebut berubah menjadi pink tua. Keren abis! Butiran pasirnya halus dan empuk, sungguh nikmat saat berjalan atau berjemur di atasnya.


Kegiatan di sana selain berfoto, bisa berjemur, berenang, atau sekedar ‘leyeh-leyeh’. Nikmat karena tidak ramai dan komersil. Berenang pun menyegarkan mata. Banyak hard corals dan soft corals yang berwarna-warni dan masih sehat. Ditambah lagi banyaknya ikan-ikan hias, seperti clown fish (disebut juga Nemo) butterfly fish, dan bat fish. Karena tidak ada warung atau restoran, sebaiknya Anda membawa perbekalan sendiri, sekalian piknik.

Cara mencapainya paling mudah dengan terbang dari Bali ke Labuan Bajo, lalu menyewa speedboat atau kapal nelayan dari Labuan Bajo menuju Pulau Komodo. Sebelum sampai ke Pink Beach, mampirlah untuk trekking melihat langsung komodo liar di Loh Liang. Bagi penggemar scuba diving, alam bawah lautnya luar biasa bagus. Anda dapat mengikuti dive trip melalui Dive Operator yang ada di Labuan Bajo.
Baca lebih lanjut »

Pantai Jonggring Saloko, Malang


Mungkin nama Pantai Jonggring Saloko terdengar asing di telinga Anda tidak setenar nama Kawah Jonggring Saloko Gunung Semeru, namun keindahan pantai yang memiliki pasir coklat bersih dan karang-karang laut yang menakjubkan membuat salah satu lokasi wisata pantai Indonesia ini wajib dikunjungi ketika berkunjung ke kota Malang, Jawa Timur. Pantai ini tepatnya terletak di Desa Mentraman, kalau dari kota Malang berjarak sekitar 69 km.

Untuk menuju ke sana sebaiknya kita menggunakan sepeda motor karena untuk mencapai lokasi pantai Malang ini jalanannya tergolong cukup sulit, berbatu dan bila hujan akan terdapat beberapa genangan lumpur. Sesampainya di Desa Mentraman, kita masih harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam dengan jalan yang berbatu untuk mencapai lokasi Pantai Jonggring Saloko.

Walaupun jalan menuju ke salah satu pantai Indonesia ini cukup sulit, semuanya akan terbayar dengan tuntas saat kita mencapai lokasi Pantai Jonggring Saloko. Keindahan salah satu lokasi pantai Indonesia ini tidak kalah dengan keindahan pantai-pantai lainnya yang ada di nusantara. Selain bisa menikmati Eksotisme Pantai Jonggring Saloko dan indahnya sunset saat sore hari, kita juga bisa menikmati beberapa fenomena alam yang menarik di pantai ini, salah satunya Watu Ngebrosss.


Watu Ngebross yang terdapat di sisi sebelah kanan Pantai Jonggring Saloko adalah air laut yang terlihat seperti tertelan ke dalam karang yang menyerupai gua. Saat air laut naik dan menyembur ke atas maka kita akan mendengar suara ‘brosss’. Anda pasti akan takjub melihatnya. Selain Watu Ngebrosss, fenomena alam menarik lainnya di pantai ini adalah Cob Belut, yang merupakan fenomena alam dimana ombak yang datang ke pinggir pantai akan terhisap ke dalam sebuah lubang, kemudian lubang tersebut akan memuntahkan kembali air laut yang tadi terhisap, seperti yang terlihat di gambar di bawah ini.



sumber: yukpegi
Baca lebih lanjut »

Jonggring Saloko

Jonggring Saloko adalah sebutan kawah Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.




Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.



Wedus Gembel pada siang hari mengikuti arah angin menuju puncak

Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.

Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.



Baca lebih lanjut »

Owa Jawa - Primata Yang Hampir Punah

Pulau jawa selain memiliki satwa endemic seperti Elang jawa (Spizaetus bartelsi) ternyata juga memliliki primate yang begitu cantik. Coba kita tengok kehidupan primate jawa yang disebut Owa Jawa( Hylobates moloch). Perburuan dan penangkapan untuk diperjualbelikan dan dipelihara menjadi pemicu semakin berkuranngya populasi owa jawa di alam.

Secara morphologi owa jawa lebih mudah dikenali jika dibanding dengan jenis primata lainya yang ada dipulau jawa. Owa jawa adalah jenis primate yang masuk dalam keluarga kera yaitu dengan ciri-ciri mempunyai tangan yang panjang dibanding dengan kakinya.


Habitat
Owa jawa lebih menyukai dan lebih banyak mendiami hutan dataran rendah yang mempunyai tajuk pohon yang rapat, salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak(TNGHS). Selain memiliki tajuk pohon yang masih rapat, TNGHS merupakan hutan hujan tropis terluas di pulau jawa yang masih tersisa saat ini.

Perlindugan Hukum
Owa jawa dinyatakan sebagai binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 Nomor 266, Sk No. 54/kpts/Um/1972 dan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999. Dikarenakan keberadaannya yang makin menurun maka owa jawa dinyatakan sebagai Critical endangered species-IUCN(International Conservation Union of Nature)

Klasifikasi
Masuk dalam ordo Primata, Family Hylobatidae, Genus Hylobates yang artinya” Penguni pepohonoan”. Untuk aktivitas lebih banyak berada di pohon. Maka dari itu owa jawa disebut primata arboreal yang artinya tinggal di atas pohon. Sedangkan secara hierarkhis owa jawa di klasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Bangsa : Primata
Suku : Hylobatidae
Marga : Hylobates
Jenis : Hylobates moloch(Audebert, 1798)

Prilaku Harian
Kebiasaan owa jawa adalah dengan mengeluarkan suara(call) pada pagi hari ketika memulai aktivitasnya. Mulai aktif pada pukul 05:30 dan mencapai puncaknya antara pukul 08:30-12:00 yang digunakan untuk mencari makan dan aktivitas lainya. Aktif kembali dari pukul 14:30-17:30 sampai menemukan pohon tidur. Dalam hal pencarian pakan owa jawa bergerak bersama kelompoknya dan makan pada pohon yang sama. Owa jawa dalam kehidupanya bersifat monogamus yaitu hanya mempunyai satu pasangan semasa hidupnya. Kartono, dkk(2000) dalam penelitianya mengenai variasi aktivitas harian owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun menyatakan bahwa 39,1% waktu yang digunakan oleh owa jawa untuk istirahat. 30,3% makan, 24,1% bergerak dan 6,5% sosial.

Makanan
Owa jawa lebih banyak memakan buah-buahan dibanding dedaunan. Kadang juga memakan serangga sebagai tambahan protein.

Upaya pelestarian
Tujuan utama dari upaya pelestarian owa jawa yang dilakukan adalah untuk memelihara proses ekologis da sistem kehidupan, mempertahankan keanekaragaman genetis serta pemanfaatan jenis ekosistem secara berkelanjutan. Pelestarian owa jawa dapat dilakukan dengan mengacu pada tujuan utama dengan melakukan beberapa hal:
1. Mempertahankan jenis tummbuhan yang menjadi makanan dan habitat owa yakni dengan melakukan penanaman kembali jenis-jenis tumbuhan yang menjadi sumber makanan owa tersebut.
2. Observasi secara berkelanjutan dan menyeluruh terhadap aspek kehidupan dan prilaku owa yang dapat dijadikan masukan dalam rangka penyempurnaan proses rehabilitasi/pelestariannya.
3. Kerjasama dengan organisasi nirlaba yang dalam kaitanya dengan program pelestarian satwa liar dan dengan masyarakat disekitar kawasan tersebut.
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Andes

Pegunungan Andes (dalam bahasa daerah setempat artinya "jengger tinggi") adalah pegunungan terpanjang di dunia yang membentuk rangkaian dataran tinggi sepanjang pantai barat Amerika Selatan. Pegunungan ini panjangnya lebih dari 7.000 km, lebarnya mencapai 500 km pada beberapa tempat (terlebar pada 18° sampai 20° LS), dan memiliki ketinggian rata-rata sekitar 4.000 m. Pegunungan ini membentang melalui tujuh negara: Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela, yang kadang disebut "Negara-Negara Andean" (Andean States).

Rangkaian pegunungan Andes terutama terdiri dari dua pegunungan besar Cordillera Oriental dan Cordillera Occidental, yang sering dipisahkan dengan depresi antara yang dalam, di mana kemudian muncul rangkaian pegunungan minor, seperti Cordillera de la Costa di Chili. Cordillera de la Costa berawal dari ujung selatan benua dan berlanjut ke utara, paralel dengan pantai, terpecah menjadi beberapa pulau di bagian awalnya dan selanjutnya membentuk batas barat lembah tengah besar Chili. Ke utara, rangkaian di pesisir ini berlanjut sebagai rangkaian perbukitan atau bukit-bukit terpencil sepanjang Samudra Pasifik sampai mencapai Venezuela, dengan selalu membentuk lembah di bagian barat rangkaian besar.


Gunung tertinggi di Andes adalah Aconcagua yang menjulan 6.962 m dpl. Puncak Chimborazo di wilayah Ekuador adalah titik di permukaan bumi yang paling jauh dari pusat bumi karena adanya gelembung khatulistiwa (equatorial bulge). Andes tidak dapat menyamai Himalaya dalam hal ketinggian, tapi melebihinya dalam segi lebar dan lebih panjang dua kali lipat dari padanya.



Baca lebih lanjut »

Jalur Ayak-Ayak di Gunung Semeru

Jalur ini dapat ditempuh dari pos Ranupane ke arah kanan, ambil jalan naik dengan jalur beton untuk truk pengangkat sayur. Sedikit susah memang, dari start ikuti jalan sampai bertemu dengan simpang 4, ambil jalan kecil yang serong ke kiri setelah itu bertemu dengan pertigaan lalu belok kiri. Terus ikuti sampai bertemu dengan pertigaan lagi, jangan jalan terus ke arah yang turun namun ambil kiri sampai bertemu dengan pertigaan lagi lalu ambil kanan.

Nah setelah melewati itu semua kita berada di batas hutan. Perjalan tersebut memerlukan estimasi waktu sekitar 30 menit. Setelah itu ikuti jalan setapak, jalan yang menanjak akan mengurangi stamina tetap atur pengeluaran air dan atur tempo ya. Lanjutkan perjalanan sampai di puncak ayak-ayak atau yang biasa disebut panggonan cilik, dari sini semeru summit dapat terlihat. 


Setelah bersusah-susah naik kita akan turun, turunan tajam harap berhati-hati. Disepanjang perjalanan dari panggonan cilik menuju ranukumbolo kita disuguhi padang savanna yang memanjakan mata.


padang savanna berakhir dan anda akan disuguhi oase yang menyejukkan hati yaitu sebuah danau di antara padang savanna di atas gunung yaitu Ranukumbolo. Estimasi perjalanan ke Ranukumbolo via jalur gunung ayak-ayak adalah sekitar 2 sampai 3 jam. 

Baca lebih lanjut »

Cantigi Ungu/Manis Rejo (Vaccinium varingiaefolium)

Cantigi ungu, Manis Rejo (Vaccinium varingiaefolium) adalah flora Indonesia yang masih berkerabat dengan bilberry, huckelberry, blueberry, cranberry, dan berbagai buah beri utama lainnya di dunia. Bersama dengan beberapa anggota Vaccinium lainnya, seperti V. bancanum, cantigi ungu tumbuh di Pulau Jawa secara alami.

Tidak banyak informasi yang didapat mengenai tumbuhan ini. Sebagian besar informasi terkait dengan keberadaannya yang khas mendominasi sekitar kawah dipegunungan. Suatu pemandangan yang khas muncul ketika mendekati daerah kawah adalah dominasi pepohonan kecil yang selalu hijau sepanjang tahun dengan pucuknya yang berwarna merah-ungu. Tumbuhan ini dapat di temui di seluruh pulau Jawa pada ketinggian antara 1500-3300 meter dpl.

Tumbuhan ini memiliki bunga dan buah yang dapat dijumpai sepanjang tahun. Daun, buah, dan batangnya digunakan oleh masyarakat yang tinggal sekitar tempat hidup cantigi ungu atau manis rejo. Daun tumbuhan ini dapat dimakan sebagai lalapan. Buah cantigi ungu yang berwarna kehitaman memiliki rasa manis dan juga dimakan. Batang cantigi ungu biasa digunakan untuk dibuat arang.

Walaupun tumbuhan ini mendominasi sekitar kawah pegunungan Jawa, penelitian yang dilakukan untuk mengungkap potensinya masih sangat minim. Dengan demikian, berbagai aspek tumbuhan ini, mulai dari aspek botani sampai kepada penggunaannya untuk kepentingan manusia masih terbuka luas dan memiliki prospek yang menjanjikan.

Baca lebih lanjut »

Cemara Gunung (Casuarina junghuniana)

Cemara Gunung tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian sampai 3.000 m dpl. Tumbuh dengan batang berkayu, tegak dan tinggi mencapai 45 meter. Berdaun semu, yang sebenarnya merupakan ranting-ranting hijau. 

Nama ilmiah : Casuarina junghuniana 
Suku : CASUARINACEAE

Deskripsi 
  1. Tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian sampai 3.000 m dpl
  2. Tumbuh dengan batang berkayu, tegak dan tinggi mencapai 45 meter.
  3. Berdaun semu, yang sebenarnya merupakan ranting-ranting hijau

Penggunaan
  1. Obat penyakit beri-beri,
  2. Tidak teratur datang bulan.

Baca lebih lanjut »

Pakis Gunung (Cycadaceae)

Pakis Gunung atau nama latinnya Cycadaceae hidup pada ketinggian 3027 Meter di atas permukaan laut, Uniknya, pakis ini bisa tumbuh di lahan bebatuan keras. Batangnya yang terlihat rapuh namun bisa menahan hembusan angin hingga kekuatan 60-80 knot. Bahkan badai sekali pun tidak bisa merobohkan tumbuhan endemik ini yang rata-rata memiliki tinggi 3-5 meter.

Daunnya menjadi makan favorit rusa. Hingga saat ini, masih sedikit penelitian tentang jenis tumbuhan ini. Ekspedisi Operation Raliegh yang dilakukan oleh ilmuan Inggris masih sebatas pencatatan data mengenai tumbuhan yang ada.Meski demikian peran masyarakat dan para pemburu keindahan sangat penting dalam menjaga kelestarian bumi dan kehidupan sekitar.



Baca lebih lanjut »

Elang Jawa

Elang Jawa adalah endemik yang berada di pulau Jawa salah satu spesies Elang berukuran sedang. Dan di anggap selama ini identik dengan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, dan yang bagusnya sejak tahun 1992, Elang Jawa di jadikan atau ditetapkan menjadi maskot satwa langka dan dilindungi di Indonesia. Dan waktu itu Belantara Indonesia bisa menyaksikan keindahan dan kehebatan Elang Jawa di Gunung Lawu Jawa Tengah. Memang bagus dan layak kita jaga agar tak punah.

Identifikasi
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar. Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.


Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Penyebaran dan konservasi
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.

Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.

Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.

Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.


Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi.

Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor. Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa. Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.

Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan). Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.

Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.

Baru di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis
Baca lebih lanjut »

Edelweiss Jawa

Anaphalis javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa (Javanese edelweiss), adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.

Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.

Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini hampir punah.

Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.

salah satu tempat terbaik untuk melihat edelweis adalah di Maha Pena (Gunung Arjuno), Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).
Baca lebih lanjut »

Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo di Gunung Semeru memiliki alam yang hijau dan udara yang dingin menyejukkan. Anda tentu akan terpesona apabila berkemah di sekitarnya sambil memandang bintang - bintang di malam hari. Ketenangan danaunya sungguh sempurna.

Ranu Kumbolo akan anda temui saat mendaki Gunung Semeru. Gunung Semeru terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Ranu Kumbolo pun menjadi primadona dari gunung ini.

Danau ini berada di ketinggian 2.400 mdpl, serta menjadi tempat peristirahatan dan berkemah bagi para pendaki. Akan tetapi, menuju danau ini bukanlah perjalanan yang mudah. Anda harus berjalan selama 4 - 5 jam dan melewati medan yang menantang. Perjalanan yang cukup menguras stamina.

Setibanya di Ranu Kumbolo, rasa lelah seolah impas dengan pesona yang akan Anda rasakan. Pemandangan di sekitar danau sangat meneduhkan mata. Perpaduan pohon cemara, semak-semak yang hijau, dan langit yang biru, menjadi refleksi tersendiri. Tak ketinggalan, pesona Ranu Kumbolo akan mencuri hati Anda!

Ranu Kumbolo seolah oase yang menyegarkan. Perpaduan alam yang hijau dan segarnya pemandangan danau, dijamin akan melepas segala jenis rasa penat Anda. Ditambah suasana yang dingin dan sejuk, Ranu Kumbolo pantas disebut sebagai tempat yang sempurna untuk bersantai.

Tidak hanya itu, sunrise di Ranu Kumbolo akan menambah rasa kagum Anda. Panorama Matahari terbit sangat cantik dan mempesona. Warna cahaya Mentari yang keemasan terpantul oleh permukaan danau.

Tidak ada yang membantah kecantikan sunrise di Ranu Kumbolo. Tidak sedikit para fotografer yang mengabadikan pemandangan tersebut dalam kameranya masing - masing. Sunrise di Ranu Kumbolo akan menambah rasa kagum Anda pada Sang Maha Pencipta.





Baca lebih lanjut »

Gunung Kinabalu

Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia, dengan ketinggian 4,095 mdpl. Gunung ini merupakan gunung kelima tertinggi di Asia Tenggara. Gunung Kinabalu terdiri atas 4 kawasan yaitu hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. 

Gunung Kinabalu merupakan lambang kebesaran penduduk yang tinggal di Sabah. Penduduk Sabah menganggap Gunung Kinabalu dapat memberikan semangat juang dan persatuan mereka. Gunung Kinabalu banyak menyimpan cerita dan kisah-kisah misteri. Menurut kepercayaan masyarakat Kadazan Sabah, Gunung Kinabalu merupakan tempat bersemedinya jiwa mereka setelah meninggal dunia. 

Pembentukan 
Gunung Kinabalu terbentuk dari tumbukan litosfera Laut China Selatan dan litosfera yang membentuk pulau kalimantan. Litosfera adalah bagian paling atas permukaan kerak bumi. Dalam tumbukan itu, litosfera Laut Cina Selatan semakin tenggelam ke bawah permukaan bumi dan memberi tekanan kepada litosfera yang membentuk kalimantan. 

Tekanan itu mendorong bongkahan Gunung Kinabalu yang terletak di bawah permukaan bumi naik ke atas permukaan bumi. Dorongan itu menyebabkan Gunung Kinabalu bertambah tingginya 5 mm/tahun dan hal ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Tinggi Gunung Kinabalu dulu diduga lebih tinggi dari tinggi yang sekarang yaitu antara lima hingga delapan kilometer (km). Tetapi kikisan yang terjadi selama jutaan tahun, menyebabkan tinggi Gunung Kinabalu hanya tinggal 4,094 meter kini. 

Ciri fisik
Permukaan asal Gunung Kinabalu terdiri dari batuan sedimen yang terpecah karena kikisan selama 8 hingga 12 juta tahun. kikisan yang terus menerus itu akhirnya mennyebabkan batuan beku menjadi lebih kuat. 

Semua puncak tinggi di dunia ditutupi es tebal pada waktu kuartenar atau zaman air batu yang terjadi kurang lebih satu juta tahun yang lalu termasuk Gunung Kinabalu yang ketika itu sama tingginya dengan gunung-gunung di Pegunungan Himalaya. Ketika itu puncak Kinabalu diselubungi es dan terjadi pencairan glasier. Pencairan glasier itu dapat dilihat di kawasan Pinusok Gravel yaitu sebuah tempat yang terletak di antara Kundasang dan Ranau 





Baca lebih lanjut »