Kode Etik Pecinta Alam Indonesia


“ PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “

“ PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”

” PECINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “




Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
  6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
  7. Selesai.
Disahkan dalam forum gladian nasional ke IV
Di ujung pandang tanggal 29 januari 1974
Pukul 01.00 WITA


Baca lebih lanjut »

Navigasi

Navigasi adalah penetuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat. Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. Pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.
 


Alat-alat navigasi terdiri dari:

Kompas
adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east = Tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi, dan kompas bidik/prisma.

Altimeter
adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara.

Peta
adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandiangan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisat/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda, dan deklinasi magnetis.

GPS (Global Positioning System)
adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi, dan menetukan waktu yang tepat di tempat manapun.
 
Menentukan arah tanpa alat navigasi
Selain mengguanakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menggunakan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air
flora-fauna:
Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
Lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon
tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan
 
Mecegah dan menanggulangi keadaan tersesat
Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak dapat mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:
  • selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
  • selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
  • tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
  • perhatikan obyek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
  • pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan
  • pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
  • gunakanlah kompas sebelum tersesat
  • belajarlah membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angina
  • jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.
 Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:
 
Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
Thinking,berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
Observaton, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan.
 
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:
  • membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
  • tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
  • orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon
  • gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam
  • buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
  • tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
  • memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Halimun

Taman nasional gunung Halimun terletak lebih kurang 100 km arah baratdaya Jakarta. Secara Geografis berada diantara 106°21' - 106°38' BT dan 6°37' - 6°51' LS, dan secara administratif wilayah itu termasuk dalam Kabupaten Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat) serta Lebak (Banten). Saat ditetapkan sebagai kawasan taman nasional pada 1992, luasnya mencapai 40.000 ha. Tapi saat ini luas tersebut telah menyusut 10.000 hektar dan menjadi 30.00 hektar. Kawasan yang mempunyai curah hujan rata-rata 4000 - 5000 mm / tahun dan kelembaban berkisar 80%. Suhu udara minimum dengan kelembaban sekitar 21° C, minimum suhu 12° C dan maksimum 33° C. Kawasan yang berada antara 500 - 2.000 m dpl ini, hampir boleh dikatakan selalu tertutup kabut sepanjang hari. Hutan hujan pegunungan terluas di Jawa Barat, merupakan ekosistem hutan alam yang masih tersisa dan berfungsi sebagai pengatur tata air dan iklim mikro. Serta perlindungan flora dan fauna, penelitian serta sarana pendidikan. Kondisi alam yang berbukit-bukit menjadikannya sebagai benteng pelindung puncak Gunung Halimun. Ada tujuh puncak gunung bukit yang memagari Halimun, yaitu Gunung Sanggabuana, Kencana, Botol, Pareang, Halimun Selatan, Pananjoan, dan Gunung Kendeng. Sedangkan gunung dengan puncaknya tertinggi yaitu Gunung Halimun Kaler (1.929 m). musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April, musim kemarau berlangsung bulan Mei sampai September. Karena itu, kunjungan terbaik ke TNGH pada bulan Juni sampai Agustus.

Dari iklim yang basah dikawasan ini mengalir beberapa sungai yang tak pernah kering dan mensuplai air ke wilayah sekitarnya, termasuk untuk kebutuhan masyarakat Jakarta. Sungai-sungai tersebut antara lain Ciberang, Ciujung, Cidurian, Cisadane dan Cimandur. Karena tempatnya masih berupa hutan perawan dan berada di ketinggian dengan kemiringan sampai 45 derajat, maka dapat ditemui beberapa air terjun yang
sangat eksotik yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Beberapa air terjun yang dapat dikunjungi yaitu Air Terjun Cimantaja dan Cipamulaan yang terdapat di sekitar Cikiray, Air Terjun Piit dan Cihanjawar yang terdapat di sekitar Nirmala Tea Estate, Air Terjun Citangkolo dan Ciraksamala yang terdapat di sekitar Mekarjaya, dan Air Terjun Ciberang yang terdapat di dekat Cisarua. Pemandangan hutan alam yang indah dan Perkebunan Teh Nirmala yang terdapat di dalam kawasan taman nasional, merupakan potensi wisata alam yang menarik untuk dinikmati. Selain itu, pendakian dan Rafting (di Sungai Citarik) sudah menjadi agenda rutin para pecinta kegiatan alam bebas. Banyak satwa liar dan langka yang di lindungi di TNGH ini. Diantaranya Macan tutul, Kucing hutan, Landak , Trenggiling serta Elang Jawa yang juga merupakan symbol atau lambang dari TNGH ini. Dan juga di TNGH ini merupakan habitat terbaik bagi populasi Owa jawa, yang dapat di jumpai di sekitar Cikaniki, G Botol, G Andam, Cisarua. Kawasan ini juga menyimpan berbagai jenis serangga. Diantaranya adalah Kupu-kupu. Untuk flora, ada berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh disini yaitu sekitar 1.000, dan tebagi dalam tiga zona :

Zona colline
Zona ini terdapat pada ketinggian dibawah 1.000m dpl, dan didominasi oleh pohon Rasamala yang sangat dikenal oleh kalangan penggiat alam bebas di Indonesia sebagai salah satu tumbuhan survival.

Zona sub-montana
Zona ini berada pada ketinggian diantara 1.000 - 1.500m dpl, daerah ini didominasi oleh tumbuhan Puspa dan jenis Fagaceae.

Zona Montana
Zona yang berada pada ketinggian diantara 1.500 -2.000m dpl, daerah ini juga didominasi oleh tumbuhan Fagaceae.

Selain itu pada kawasan hutan gunung Halimun ini juga bisa dijumpai 12 jenis Bambu, serta Rotan dan juga Anggrek.

Akses Transportasi
untuk mencapai taman nasional ini. Tapi sangat dianjurkan untuk memakai kendaraan 4x4 jenis Jeep atau SUV. Karena kondisi jalan yang tidak baik untuk ditempuh oleh kendaraan jenis sedan. Ada tiga arah untuk menuju ke taman nasional gunung halimun yaitu:

Dari Selatan dengan jalur:
Pelabuhan Ratu - Sukawayana - Ciptarasa. Jalur ini membentang sepanjang 30km.

Dari Timur dengan jalur:
Parung Kuda - Sukawanayana - Ciptarasa. Jalur ini berjarak 30km.

Dari Utara dengan Jalur:
Cigudeg - Cisarua, sepanjang 30km. Jika tidak membawa kendaraan sendiri, anda juga bisa mencapainya dari Jakarta sebagai berikut:

Jakarta - Pasar Parung Kuda (Sukabumi)
Naik bis jurusan Sukabumi dari terminal Kampung Rambutan dan turun di pasar Parung Kuda.

Parung Kuda- Desa Kabandungan (pos TNGH)
Dari Parung Kuda lebih baik mencater kendaraan jenis colt. Ada angkutan umum pedesaan yang beroperasi akan tetapi anda harus berganti-ganti beberapa kali dan kemungkinan untuk kesasar lebih tinggi, serta memakan waktu yang lama.

Desa Kabadungan - Cikaniki
Carter kendaraan angkutan pedesaan sejenis L300 Rp.200.000,- (Banyak mangkal di terminal pasar Parung Kuda). Bisa juga dengan menggunakan jasa ojek motor dengan tarif Rp.25.000 - 35.000/orang tergantung waktu dan cuaca.

Perijinan
Disini anda juga bisa mendapatkan data yang lengkap tentang kawasan ini. Pengurusan ijin tidaklah terlalu berbelit-belit. Untuk kelengkapan, sebaiknya anda juga mempersiapkan photocoy KTP.

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN
Jl Raya Cipanas - Kabandungan, PO. Box 02 Parung Kuda - SUKABUMI
JAWA BARAT - INDONESIA. Telp / Fax +62- 266- 621256 / 621

Tempat menarik

CIKANIKI
Selain sebagai stasiun peneliti, yang mendukung penelitian hutan di sekitar Cikaniki - Citalahab. Juga tersedia Wisma penginapan untuk tamu yang mau bermalam. Wisma ini mempunyai 5 kamar. Satu kamar VIP (Rp.125.000 per orang ), empat kamar standar (tarif Rp.100.000/orang). Masing masing kamar memiliki empat tempat tidur. Disini kita harus memasak sendiri, tapi anda bisa telah memesan sebelumnya, maka konsumsi akan disediakan. Jarak Cikaniki dari kantor pusat Kabandungan sekitar 20 km. dengan kondisi jalan berbatu tanpa aspal. Di Cikaniki ini terdapat conopy yang terbentang dari pohon kepohon, dengan ketinggian 30m dan panjang sekitar 100m. Sangat menarik mengamati hutan dari puncak pohon, serta aliran sungai kecil. Perjalanan hiking bisa dilanjutkan menuju perkebunan teh nirmala agung, lalu menuju ke air terjun cimacan, menurut data tempat tersebut memang menjadi komunitas macan tutul.

CITALAHAP
Disini juga terdapat wisma tamu, yang di kelola secara swadaya oleh masyrakat setempat. Wisma ini memiliki fasilitas 5 kamar, yang disewakan untuk umum, satu kamar bertarif Rp.70.000,- semalam dan juga anda bisa memesan konsumsi dengan harga sekali makan Rp.15.00,- / orang. Didaerah Citalahab ini juga tersedia Camping ground yang letaknya persis di belakang wisma tamu, yang juga dilengkapi kamar mandi dan wc. Disini terdapat air terjun Cikudapaeh yang lokasinya lumayan terisolasi, menjelajah hutan yg lumayan alami, menyeberang sungai kecil. Selain hiking kita juga bisa menikmati bird watching dengan primadona objeknya adalah elang jawa yang diperkirakan jumlahnya sekarang sekitar 200-300 ekor yang hidup tersebar dihutan-hutan di pulau Jawa. Selain itu kita juga bisa hiking sampai ke gunung Kendeng. Selain itu juga bisa menuju Desa Kasepuhan tempat tinggalnya Abah Anom yang memakan jarak tempuh sekitar 8 jam.


Baca lebih lanjut »

Gunung Tambora

Gunung yang bertipe Strato vulkanik ini dan berlokasi di wilayah administratif Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima di Nusatenggara Barat ini mempunyai ketinggian 2.851m dpl dan berada pada posisi geografis 08° 15` LS dan 118° 00' BT. Gunung yang mempunyai kawah kaldera 6 x 7 km dengan kelilingnya sekitar 16km dan kedalaman kawah hingga 800m ini merupakan gunung yang termasyur di dunia. Termasyur karena pada tanggal 5 April 1815 meletus dengan dahsyat dan letusan tersebut termasuk letusan yang terbesar didunia. Dahulunya gunung ini menurut perkiraan para ahli mempunyai ketinggian lebih dari 4.000m dpl, dan letusan dahsyat tersebut telah memotong puncaknya hingga mempunyai ketinggian 2851m dpl, letusan yang menyemburkan 36 mil kubik ini juga telah memusnahkan hingga punah sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Tambora. Abu letusan tersebut menutupi sinar matahari hingga ke Eropah dan menyebabkan musim dingin yang berkepanjangan didaratan Eropah, dan musim dingin panjang ini jugalah yang telah menyebabkan kalahnya Napoleon di Waterloo. Hal-hal tersebut diataslah yang menjadikan Tambora sangat terkenal didunia. Kaldera besar yang dimiliki gunung sangat menakjubkan dan indah. Kawasan Gunung Tambora ini terbagi menjadi dua bahagian lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve seluas 80.000 hektar dan Tambora Selatan HUnting Park seluas 30.000 hektar. Dikawasan hutan Gunung Tambora bisa ditemukan binatang-binatang seperti: Rusa Timor (Cervus timoresis), babi hutan (Sus scrofa), Kera berekor panjang (Macaca fascicularis), dan lainnya.

AKSES TRANSPORTASI dan AKOMODASI
Pintu masuk untuk pendakian awal ke puncak Tambora adalah dari desa Pancasila, untuk mencapai desa ini bisa dilakukan lewat kota Mataram atau kota Bima. Jika dari Mataram, dengan menggunakan bus Sari Rejeki dari terminal Bertais Mataran, dengan trayek Mataram – Calabai. Bus ini sehari hanya ada satu, berangkat setiap jam 9 pagi dan sampai di Calabai jam 6 pagi keesokan harinya. Dari Pasar Minggu (Calabai) anda bisa meneruskannya dengan naik ojek dengan tariff Rp.25.000,- per orang. Jika jumlah rombongan anda cukup banyak, biasanya supir bus Sari Rejeki ini tidak akan keberatan mengantarkan anda hingga ke Desa Pancasila. Jika anda ke Pancasila melewati Kota Bima, maka terlebih dahulu anda harus ke kota Dompu baru dari Dompu anda berganti bus yang ke Calabai, bus trayek Dompu – Calabai ini hanya ada dua kali sehari berangkat setiap jam 6 pagi dan jam 2 siang. Anda harus mempersiapkan diri anda untuk naik bus ini karena merupakan hal yang wajar pada bus Dompu – Calabai ini menaikan penumpang melebihi kapasitas bangkunya seperti bangku kapasitas dua orang diisi hingga empat orang. Jika anda mau nyaman anda juga bisa mencarter mobil dari Bima.

RUTE PENDAKIAN
Untuk mencapai puncak Tambora, pada jalur pendakiannya terdapat 5 pos yang harus kita lewati.

Desa Pancasila - Pintu hutan
Dari desa Pancasila kita akan melewati jalan tanah yang cukup lebar dan bisa dimuati oleh kendaraan roda empat dikiri kanan jalan terdapat perkebunan kopi dan juga ada sebuah Pura Hindu bali yang tidak jauh dari jalan tersebut, jalan ini cukup panjang jika ditempuh dengan jalan kaki akan memakan waktu sekitar 3 jam. Untuk mempersingkat waktu ada baiknya juga jika anda menggunakan ojek motor hingga ke Pintu hutan.

Pintu Hutan - Pos I
Pendakian diawali dari sini dan akan melalui jalan setapak yang cukup lebar yang merupakan bekas lalu lintas truk pengangkut hasil loging kayu di hutan Tambora. Agak semakin jauh jalannya mulai tertutup oleh semak belukar berduri dan ilalang, disepanjang jalan banyak dijumpai tumbuhan pakis sayur yang baisa dibuat sayur, pakis ini berbeda dengan pakis hutan yang berbulu dan berasa pahit. Pos I hanya berupa sebuah tanah terbuka yang dikitari oleh semak belukar. Tidak ada sumber air disini.

Pos I - Pos II
Dari Pos I menuju Pos II jalan setapaknya seperti halnya pada etape pertama tadi masih landai dan sesekali menanjak, masih melewati semak belukar cukup lembab. Pada etape ini anda akan disambut oleh populasi pacet yang cukup banyak. Mendekati Pos II mulai memasuki hutan dengan pohon-pohon yang cukup besar-besar. Hati-hati di beebrapa tempat ada seperti jalan bercabang. Di Pos II ini terdapat sebuah pondok dan sumber air berupa sebuah kali kecil yang terletak tidak jauh dari pos II. Waktu tempuh dari Pos I ke Pos II kurang lebih 2,5 jam.

Pos II - Pos III
Jalur pendakian dari Pos II turun ke arah sungai dan setelah menyeberangi sungai kecil itu ada tanjakan yang cukup terjal dan setelah itu kembali jalan setapaknya landai. Pada etape ini pacet masih ada, karena hutannya masih cukup lembab. Pos III merupakan sebuah ataran yang cukup luas bisa menampung sekita 10 tenda. Disini ada sebuah pondok kayu seperti rumah panggung. Sumber air bisa ditemukan di pos ini berjarak sekitar 300 meter. Biasanya Pos II ini dijadikan sebagai camp untuk menginap, karena pada Pos IV tidak ada air, dan pada Pos V hanya ada air genangan pada sungai kering, yang terkadang juga kering tanpa genangan. Summit attack biasanya dilakukan dari Pos III pada dini hari sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari agar sampai dipuncak sewaktu sunrise. Waktu tempuh dari pos II ke Pos III

Pos III - Pos IV
Dari Pos III menuju Pos IV jalur jalan masih dipenuhi oleh tumbuhan daun jelatang (daun pulus) dan daun ini memenuhi kiri kanan jalur hingga Pos IV. Jalur pendakiannya landai. Tapi harus waspada dengan sengatan daun jelatang. Pada jalur ini ada sebuah punggunngan yang dipenuhi oleh tumbuhan jelatang dan untuk melewati daerah ini hanya ada sebuah pohon tumbang sebagai jalan kita. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV sekitar kurang lebih 2 jam perjalanan. Pos IV berupa sebuah tanah datar yang cukup untuk menampung 5 - 7 tenda dan dikitari oleh daun jelatang serta pohon-pohon besar yang melindungi dari sengatan matahari. Di pos ini tidak ada sumber air.

Pos IV - Pos V
Menuju Pos V, tumbuhan jelatang dan pohon-pohon besarnya mulai berkurang dan digatikan oleh ilalang dan pohon-pohon kecil. Jalur pendakiannya landai dan pada beberapa tempat yang terbuka dan cuaca cerah kita akan bisa melihat dengan jelas puncak Rinjani disebelah barat, pulau Satonda dan Pulau Mojo. Pos V ini Terdapat sebuah pondok sederhana, lokasi pos ini cukup terlindung dari angin karena rimbunnya pohon-pohon disekelilingnya. Di lokasi ini ada sumber air yang lokasinya bisa ditemukan disebuah sungai kering yang berjarak 50 meter menuruni lembah, akan tetapi hanya berupa genangan dan sebaiknya tidak mengkonsumsinya karena warnanya yang sedikit gelap. Pos V ini bisa juga dijadikan lokasi alternatif untuk basecamp sebelum summit attach, akan tetapi konsekuensinya harus membawa persediaan air yang cukup dari pos III. Jarak tempuh dari Pos IV ke Pos V kurang lebih 2 jam.Pos V - Bibir Kawah

Etape ini yang cukup panjang dan keadaan medan yang terbuka, didaerahinipada pagi hari banyaksekali dijumpai ayam hutan. Jika anda sampai di etape ini hari sudah pagi akan membuat anda cukup bosan karena jalur pendakiannya cukup menanjak dan melingkar. Tapi pemandangan cukup indah dari sini. Jalan setapak sudah berbatu dan berpasir. Setelah melewati sekumpulan cemara terakhir anda akan sampai pada medan berpasir yang menandakan bibir kawah Tambora sudah dekat. Jarak tempuh dari Pos V ke bbir kawah sekitar 2,5 jam.Bibir Kawah - Puncak

Dari bibir kawah puncak ada terlihat di sebelah kiri kita, untuk menuju kesana jalan setapak ada di pinggiran kawah, jangan terlalu ke pinggir kawah karena kemungkinan bbir kawah longsor bisa terjadi. Pada saat berada di bibir kawah Tambora ini hendaknya berhati-hati terhadap lautan pasir yang cukup dalam dan angin yang bertiup cukup kencang. Jangan berdiri terlalu dekat dengan bibir kawah yang rawan longsor karena di beberapa tempat pijakannya hanya berupa tumpukan pasir yang rawan longsor. Puncak Tambora sendiri yang dikenal dengan sebutan "Doro Meleme" yang artinya Gunung yang runcing ini masih berjarak letaknya. Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapainya dari tempat awal bibir kawah. Di puncak gunung ini bisa ditemukan tiang trianggulasi yang berupa sebuah prasasti yang dibuat oleh pemerintah setempat. Dari bibir kawah ke puncak memakan waktu kurang lebih 30 – 40 menit.Keindahan kawah Tambora memang cukup membuat terpana. Kawah yang menganga lebar dengan luas berkilo-kilo meter, ditambah dengan eksotiknya sebuah anak gunung api yang muncul di dalam kawah. Gunung api kecil ini dalam bahasa Bima disebut sebagai Doro Afi To’i. Yang berarti Gunung Api Kecil. Belum lagi rumpun-rumpun edelweis yang tumbuh di sela-sela lapisan dataran bibir kawah yang luas dan berlapis-lapis dapat dinikmati di bawah cerahnya langit di bulan Juni – Agustus yang merupakan waktu terbaik melakukan pendakian di Tambora. Keadaan Tambora umumnya memiliki karakteristik pegunungan yang berada di wilayah timur Indonesia dengan angin yang kering dan vegetasi semak perdu. Jalur didominasi oleh jalur penebangan hutan liar dan pohon-pohon besar yang tumbang serta tumbuhan jelatang serta semak khas Tambora bernama “Tare’dek” yang berbau khas dan tumbuh di sepanjang jalur setelah pos III. Mata air yang cukup berlimpah, waspadai kemunculan babi hutan maupun rusa yang masih banyak populasinya di wilayah Tambora.

PERIJINAN
Untuk perijinan pendakian bisa diurus dirumah kepala desa Panacsila. Dan belakangan ini kebijakan dari kepala Desa Pancasila yaitu mengharuskan pendaki untuk menyewa guide lokal yang biasanya adalah anggota KAPATA. Mereka sudah cukup terlatih mengenal medan gunung Tambora.

TEMPAT MENARIK


Kawah Gunung Tambora

Tempat menarik di gunung Tambora ini tidak lain adalah kawah gunung ini yang sangat besar serta diperlengkap dengan hadirnya "Doro Afi To'i" ditengahnya. Dan jika mempunyai waktu yang banyak anda bisa mengelilingi kawah yang berjarak 16 km serta memerlukan waktu 3 - 4 hari, bisa juga menuruni kawah Tambora yang dalamnya lebih dari 800 meter dengan waktu tempuh turun sekitar 8 jam dan  melewati jalur trek yang cukup berbahaya.

Baca lebih lanjut »

Gunung Sumbing

Gunung Sumbing terletak di kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, dengan ketinggian 3371m dpl. Di daerah Wonosobo yang terkenal akan sayurannya kita dapat melihat dengan jelas betapa megahnya dua gunung yang seakan membelah kota ini menjadi dua bagian. Di sebelah selatan kota ini tepatnya Gunung Sumbing berada. Gunung yang berketinggian 3371 M ini selain menjadi bagian penting kota Wonosobo juga menjadi bagian penting dari tujuan para pendaki karena tingginya lebih dari 3000 M dan merupakan puncak kedua tertinggi di Jawa Tengah. Keadaan medan gunung ini sangat gersang di musim kemarau, ini diakibatkan oleh kondisinya pungungan gunung ini terbuka dan hampir nyaris dipenuhi oleh ilalang. Sumber air juga susah ditemukan kecuali mata air yang terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing

Jalur Pendakian
Pendakian gunung ini bisa dilakukan lewat tiga alternatif rute pendakian yaitu:

Rute Cepit Parakan (Pungungan Timur)
Rute Kalikajar (Pungungan Barat)
Rute Desa Garung (Pungungan Utara)

Dari ketiga jalur pendakian, jalur melalui Dusun Garung adalah jalur yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini telah banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin dan juga waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan jalur ini merupakan yang tercepat dibanding dengan dua jalur lainnya.

Dari Dusun Garung pendaki dapat memulai pendakian dengan alternatif dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan jalur baru. Tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena di sekitar (seduplak roto ) atau kilometer kelima pendakian pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan terasa lebih lama.

Berikut ini adalah pos-pos pendakian gunung sumbing, yaitu:

Jalur Lama:
Base camp (Posko pengawasan) (Km I) – 1455 M
Ladang pertanian (tembakau) (Km II)
Malim (Km III)
Genus (Km IV) 2240 M
Seduplak Roto (Km V)
Pestan 2437 M
Pasar Watu (Watu Kotak) 2763 M
Tanah Putih (KM VI)
Puncak Buntu 3371 M
Puncak Kawah (KM VII)
Jalur Baru
Base Camp (Km I)
Ladang pertanian (Km II)
Kedung (Bosweisen) (Km III)
Gatakan (Km IV) 2240 M (Pos 2)
Krendegan
Setelah krendegan ini maka jalur kembali menjadi satu (bergabung dengan jalur lama) di daerah pestan 2437 M.

Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing.

Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu perjalanan yang dibutuhkan pendaki untuk dapat mencapai puncak adalah antara 8 sampai 15 jam perjalanan tergantung cuaca dan fisik pendaki. Itupun dengan menggunakan jalur Garung yang termasuk paling cepat diantara jalur lainnya. Apabila pendaki akan mencoba jalur cepit parakan atau jalur kalikajar maka perjalanan menuju puncak bisa memakan waktu satu asmapi dua hari perjalanan karena jalurnya landai dan rambu menuju puncak tidak sebanyak jalur garung.

Tempat Menarik
Selain pandangan yang lepas memandang kesegala arah selama pendakian, gunung ini juga mempunyai kawah yang bisa dituruni. Dasarnya ditumbuhi oleh rumput dan dikelilingi oleh tebing batu. Lokasi ini juga bisa dijadikan tempat bermalam. Cari tempat yang agak jauh dari lobang kawah tempat keluarnya asap belerang.
Baca lebih lanjut »

Gunung Slamet

Gunung Slamet terletak diantara Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Brebes. pada posisi geografis 7°14,30' LS dan 109°12,30' BT, dengan ketinggian 3432m dpl, membuatnya merupakan gunung berapi yang tertinggi di daerah Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai empat kawah di puncaknya. Gunung yang berada di sebelah utara kota Purwokerto dan disebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas. Hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air, jadi sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Pintu gerbang pendakian adalah dari desa Blambangan.



Gunung Slamet dapat dicapai dari beberapa pintu masuk yaitu:
  • Bambangan
  • Batu Raden
  • Kaliwadas
  • Randudongka
Dari beberapa rute pendakian yang ada, Bambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.

Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini naik mini bus (Rp.8.000 per orang) yang menuju Bobotsari kemudian turun di daerah yang dinamakan pertigaan serayu (sebelah utara bobotsari), perjalanan sekitar 45 menit tiba di pertigaan serayu dan melanjutkan perjalanan menuju desa Bambangan dengan menggunakan kendaraan pick-up (Rp.10.000 per orang). Hanya ada satu angkutan tersebut yang tersedia. Sedangkan transportasi untuk kembali ke Purwokerto bisa mencarter mobil angkutan sayur kepunyaan kepala desa Rp.15.000/orang dari Desa Bambangan sapai ke terminal Bus Purwokerto dengan catatan lebih dari 10 orang. Bambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak Gunung Slamet . Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara lebih kurang 8 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Pos Sanghyang Rangkah atau disebut juga Pos Mata Air, dan berganti dengan semak-semak dan tumbuhan sub-alpine lainnya.

Begitu melewati daerah semak - semak kita akan sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau atau Pos IX yang merupakan pintu menuju ke puncak Slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu berbeda dengan medan lereng pasir di gunung Mahameru yang halus di gunung ini pasirnya sedikit kasar dan tajam.

Setelah melewati daerah Pelawangan maka akan sampai di dataran puncak yang berbukit dengan beberapa hamparan kawah yang luas. Pada puncak Slamet terdapat sebuah tiang penunjuk ketinggian. Pemandangan gunung Sumbing dan gunung lainnya di daerah Jawa Tengah jelas terlihat.

Rute Pendakian
Desa Bambangan 1478m dpl
07° 13' 34,7" LS 103° 15' 57,7" BT
Desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani ini selain mempunyai pondok pemuda yang merupakan juga tempat singgah para pendaki juga rumah kepala dusun dan rumah penduduk lainnya bisa dijadikan tempat singgah dan bermalam. Jarak dari desa Bambangan ke Pos I Pondok Gembirung sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh normal lebih kurang 1 jam.

Pos I (Pondok Gembirung) 1993m dpl
07° 13' 38,0" LS 103° 14' 48,0" BT
Pos I atau Pos Pondok Gembirung ini mempunyai areal yang cukup lebar untuk mendirikan 4-5 tenda dan terletak persis di sebelah kiri jalan setapak sewaktu akan naik. Tidak ada sumber mata air di pos ini. Sebelum mencapai pos ini kita akan melewati perladangan penduduk disebelah kiri jalan setapak terdapat sungai yang kering dimusim kemarau. Kemudian kita akan memasuki pintu hutan dan tak lama baru sampai di pos ini.

Pos II (Pondok Walang) 2271m dpl
07° 13' 45,8" LS 109° 14' 28,1" BT
Pos II atau disebut juga Pos Pondok Walang ini cukup luas dan berjarak lebih kurang 1km dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 jam. Tanjakan yang cukup menguras tenaga dari Pos I membuat perjalanan sedikit akan lama jika dibandingkan dengan jaraknya. Seperti halnya dengan Pos I di Pos ini tidak terdapat sumber air.

Pos III (Pondok Cemara) 2497m dpl
07° 13' 55,2" LS 109° 14' 10,6" BT
Pos III ini merupakan pos yang terluas, di pos ini bisa mendirikan 10 tenda. Pos yang berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya ini juga tidak tersedia sumber mata air. Waktu tempuh dari pos II dengan kecepatan normal sekitar 1.5 jam

Pos IV (Pondok Samarantu) 2697m dpl
07° 14' 01,0" LS 109° 14' 00,3" BT
Pos Samarantu ini berada persis di samping kanan jalan setapak. pos ini berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya dengan waktu tempuh lebih kurang 1,5 hingga 2 jam ada sedikit kerancuan pada pos ini yakni sebelum samapi di pos ini kita akan menjumpai pos yang bernama Samarantu juga. Pos tersebut tidak lebih merupakan pos bayangan yang telah disalah namakan. Pos Samarantu yang benar adalah yang ini.

Pos V (Samyang Rangkah) 2806m dpl
07° 14' 07,9" LS 109° 13' 51,5" BT
Pos ini juga dikenal dengan nama Pos Mata Air, karena hanya ditrempat ini lah kita bisa menemukan air. Akan tetapi tidak pada musim kemarau. Membawa persedian air yang cukup adalah wajib jika anda mendaki gunung Slamet. Pos yang berjarak sekitar 1,5 - 2km dan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam dari pos sebelumnya ini. mempunyai sebuah bangunan pondok. Mulai dari pos ini keatas sudah terbuka medannya.

Pos VI (Samyang Jampang) 2916m dpl
07° 14' 09,6" LS 109° 13' 43,0" BT
Pos VI ini tidak begitu luas dan berjarak sekitar 1km dengan waktu tempuh lebih kurang 1 jam dari pos V. dari tidak ada yang terlalu istimewa pada pos ini, karena hanya merupakan pos persinggahan sementara. Pada lokasi pos ini bisa mendirikan 2-3 tenda.

Pos VII (Samyang Kotebon) 3050m dpl
07° 14' 13,6" LS 109° 13' 34,0" BT
Pos ini sangat berdekatan sekali dengan pos VII dan merupakan pos yang memiliki pemandangan yang lepas ke arah timur. Disini ada sebuah shelter berukuran 3x6m dan terbuat dari seng.

Pos VIII (Samyang Kendit) 3050m dpl
07° 14' 13,5" LS 109° 13' 33,9" BT
Pos ini terletak diatas pos VII, entah kenapa kedua pos ii jadi berdempetan tidak ada data mengenai itu. Pos Samyang Kendit ini cukup lebar dan berada persis di pinggir jalan, JIka mendirikan tenda di pos ini menghadap ke Timur, maka pagi hari bisa menikmati sunrise dari dalam tenda.

Pos IX (Pelawangan) 3198m dpl
07° 14' 17,1" LS 109° 13' 25,9" BT
Pos Pelawangan ini adalah merupakan pos yang terakhir, pos ini berada didaerah perbatasan daerah berbatuan dan pepohonan. Jarak pos ini dari pos VIII adalah sekitar 0,5 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 - 1,5 jam.

Puncak 3432 m dpl
07° 14' 19,0" LS 109° 13' 11,9" BT
Setelah melewati pos IX maka medan pendakian yang akan dihadapi menuju puncak adalah daerah terbuka dan berpasir serta berbatu. Berbeda dengan daerah berpasir di Mahameru atau Rinjani. daerah berpasir di Slamet ini batubatunya sedikit tajam. Saat mencapai gigiran puncak tiang trianggulasinya berada disebelah kanan. Dari sini kita bisa melihat pemandangan lepas ke segala arah. Kawah Gunung Slamet agak jauh letaknya dari puncak. Untuk kesana kita harus menuruni puncak ke arah barat, tapi kawahnya terlihat jelas dari puncak.

Perijinan
Perijinan bisa diurus di rumah kepala desa Bambangan, rumah kepala desa ini juga biasanya dijadikan basecamp oleh para pendaki. Disini para pendaki mendaftar untuk mendaki dengan membayar uang retribusi Rp.3.500,- per orang dan juga membayar karcis kas Karang Taruna sebanyak Rp. 500,- per orang. Para pendaki tidak dikenakan biaya untuk menginap di rumah kepala desa ini.

Jalur Pendakian dari Guci
Guci adalah nama desa sekaligus tempat wisata di kaki Gunung Selamet arah Barat Laut. Komplek wisata Guci, ini adalah merupakan komplek wisata alam mata air panas dan air terjun, yang cukup lengkap, dengan hotel berbagai kelas, dan juga villa-villa disewakan. Juga terdapat camping ground sederhana. Hotel yang terbaik disini adalah Duta Wisata, terdapat kolam renang air panas,. Jika anda ingin berendam gratis, silakan mencebur di sungai yang mengalir dengan air yang jernih dan deras. Berbeda dengan Ciater, yang semrawut dan sangat mahal, suasana disini relatif tenang, dan harga-harga tidak terlalu mahal.

AKSES TRANSPORTASI
Dari Jakarta dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta-Tegal-Slawi-Purwokerto (AC Rp 43,000). Kemudian turun di pertigaan Yomani/Lebaksiu yang berada pada ketiggian 125m dpl, kira-kira setengah jam dari tegal ke arah Purwokerto melewati Slawi. Pertigaan ini ditandai dengan petunjuk arah Kawasan wisata GUCI dan jembatan.

Di sini kita bisa berbelanja bahan makanan, jika perlu. Terdapat juga wartel, restoran sate/ gulai kambing muda yang memang khas di daerah ini. Terdapat Masjid besar, Masjid Baetussalam, yang besar dan bersih dengan air yan melimpah. Depan masjid ini menjadi tempat nongkrong bus Dewi Sri jurusan Jakarta, yang berangkat pagi dari lokasi ini.

Dari pertigaan Yomani/Lebaksiu ini kita ganti bis kecil Jurusan Tegal-Slawi-Bumijawa, turun di pertigaan Tuwel, ongkosnya (Rp 7000). Bis ini beroperasi dai jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Selain waktu tersebut, anda harus menggunakan ojek ke Guci (Rp 30.000). Atau anda bisa numpang menginap di masjid Baetussalam, sambil menunggu besok pagi jam 6.

Dari Tuwel kita berganti dengan mobil pickup ke tempat wisata Guci (Rp 6000).

Tips
Sebaiknya gunakan bis Executive (bangku 2-2)Jakarta-Purwokerto , Sinar Jaya, Dewi Sri, yang berangkat dari terminal Rawamangun. Pengalaman kami naik bis siang AC (bangku2-3) Tri Kusuma dari Pulogadung, kondisi bis , keamanan dan kenyamanan sangat jelek.
Waktu tempuh Jakarta – Pertigaan Yomani 8 jam.

PERIJINAN DAN PORTER
Pendakian masal diselenggarakan rutin oleh Pemda Tegal, setiap 17 Agustus. Rekor tertinggi hanya 200 orang (bandingkan dengan Gede).

Di desa Guci, bisa dicari penunjuk jalan/ porter. Pemuda di desa ini mempunyai klub pendaki bernama “Eidelwais Club”. Mereka bisa dimintai tolong mengantarkan dan membawa beban. Tarifnya , belum ada harga resmi untuk porter saat ini biasanya 75 ribu/orang, untuk 2 hari-1 malam. Bahan makanan buat dia, kita yang menyediakan. Dan uang tambahan transport 15 ribu/orang, karena kita turun di Bambangan.

Perijinan bisa diurus ke ‘juru kunci’ disini. Dan bisa diurus oleh porter langsung.
Di desa ini/ tempat wisatanya, anda bisa membeli nasi bungkus untuk makan siang nanti, jika anda malas memasak di perjalanan.

 Tips
Untuk mencari pemandu/ porter, hubungi Mas Narto, tinggal di dekat SDN 1 Guci.

RUTE PENDAKIAN
Pendakian dimulai dari pintu gerbang pendakian yang berada pada ketinggian 1120m dpl. Pintu gerbang pendakian yang berupa gapura ini , adalah juga merupakan pintu gerbang ke air terjun. Letak air terjun ini ada di sebelah sebuah jembatan. Tiket ke air terjun adalah 2000/ orang. Air sungai ini bisa dipakai untuk memasak. Berikut adalah tahapan pendakian mulai dari pintu gerbang hingga puncak.

Gerbang 1120m dpl – Pos Pinus (Pos I) 1185m dpl
Dari gerbang jalur pendakian relatif landai, melewati pinggir hutan pinus, dan setelah mengikuti jalan setapak kemudian akan bertemu dengan jalan berbatu/ bekas jalan aspal yang sudah rusak milik perkebunan pinus. Pos I berada sedikit masuk ke dalam hutan Pinus. Didaerah ini banyak sekali terdapat bekas bulu burung yang merupakan buangan dari pada pemburu burung Katik..Waktu tempuh dari Gerbang hingga ke Pos I ini kuran glebih 1 jam

Pos I - Pos II (1850m dpl)
Setelah melewati Pos I keadaan jalan setapak mulai menanjak dan mulai banyak terdapat pohon yang berlumut. Sedangkan waktu tempuhnya 1 jam 50 menit.

Pos II – Pos Pondok Pasang (Pos III) 2035m dpl
Kondisi jalan seteapaknya relatif landai dan waktu tempuh dari Pos II ke Pos III kurang lebih 48 menit.

Pos III – Pos Pondok Cemara (Pos IV) 2480m dpl
Jalur dari pos III menuju Pos IV ini lebih berat dari pad jalur lainnya (dari pos I hingga Pos V). Dijalur ini, banyak pohon perdu setinggi manusia (semacam arbei). Jika memulai pendakian dipagi hari, maka istirahat makan siang dapat dilakukan disini. Dan juga di daerah Pos IV ini ramai dihiasi oleh suara burung. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV adalah kurang lebih sekitar 2 jam.

Pos IV – Pos Pondok Kematus (Pos V) 2740m dpl
Jalur pendakian mulai banyak ditemui pohon tumbang dan sebelum mencapai Pos V, akan ada sebuah pos yang dikenal dengan sebutan Pos Edelweiss yang berada pada ketinggian 2570m dpl, dan waktu tempuh hingga Pondok Edelweiss ini adalah kurang lebih sekitar 1 jam 26 menit. Selepas dari pondok edelweiss keadaan jalan setapak mulai banyak debu vukanisnya. Dari Pondok edelweiss hingga ke Pos V akan memakan waktu kurang lebih 50 menit.

Pos V – Bibir kawah sebelah barat laut (3205m dpl)
Mendekati bibir kawah, haruslah berhati-hati karena jalannya melewati tanah berpasir halus dan berasap belerang. Terkadang tanah tersebut terasa hangat. Resiko keracunan belerang/ H2S bisa saja terjadi. Jadi ada baiknya menyiapkan masker, dan berjalan cepat dan tegak, untuk mengurangi resiko. Karena H2S lebih berat dari udara/ berada di dekat tanah. Waktu tempuh dari Pos V hingga bibir kawah ini adalah sekitar 2 jam

Bibir Kawah Barat Laut – Puncak Barat/Tower Barat (3220m dpl)
Jalan setapaknya mengelilingi kawah, diperlukan konsentari ektra di jalur ini. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam.

Puncak Barat/Tower Barat – Puncak Timur/Puncak sejati 3428m dpl
Jalan setapaknya turun kearah kawah pasir dan kemudian naik kembali menuju puncak sejatinya. Waktu tempuhnya sekitar kurang lebih satu jam.

Pada jalur pendakian Guci ini tidak terdapat sumber air di setiap posnya, dan pos yang ada bangunan shelternya hanya di Pondok Edelweiss


Baca lebih lanjut »

Gunung Sindoro

Gunung Sindoro atau disebut juga Sendoro mempunyai beberapa kawah diantaranya :
Kawah puncak: Segoro Wedi, Segoro Banjaran
Kawah utara
Kawah selatan
Sumur Ledakan

Berdiri dengan ketinggian 3150m dpl, terletak di batas kabupaten Temanggung sebelah barat dan Wonosobo sebelah timur. Posisi geografinya 7°18' LS dan 109°59,5' BT. Gunung Sindoro ini berhadapan langsung dengan gunung Sumbing, sama halnya dengan gunung Sumbing di gunung ini juga susah ditemukan sumber air, maka dari itu dianjurkan untuk membawa perbekalan air yang cukup sesuai dengan lamanya perjalanan yang akan ditempuh.

Setiap tanggal 1 Suro, banyak penduduk yang naik menuju puncak G. Sindoro ini untuk melakukan upacara selamatan memperingati Tahun Baru dalam kalender Jawa dan Islam. Sundoro dapat dicapai dari beberapa jurusan, dari sebelah timur dari Magelang dari sebelah barat dari Banjarnegara, dari arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo.

Rute Pendakian
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sindoro dapat dicapai dari beberapa tempat. Sedangkan jalur yang paling sering ditempuh adalah dari arah Magelang dan dari arah Wonosobo. Dari Magelang kita naik bis ke arah Wonosobo dan turun di jalan raya tertinggi di desa Kledung (begitu juga sebaliknya). Setelah tiba di desa Kledung kita harus ke Kepala Desa untuk memperoleh informasi dan kita dapat bermalam di rumah kepala desa ini. Air harus dipersiapkan di sini, karena sepanjang perjalanan ke puncak yang dimulai dari jalan di belakang rumah Kepala Desa, melalui kebun sayur dan hutan pinus, tidak tersedia sumber mata air. Dari desa Kledung menuju puncak memakan waktu 8 jam dan turunnya membutuhkan waktu 4 jam.

Untuk menuju puncak G. Sindoro, kita turun dari bus di depan gapura desa Garung, dimana jalan mulai menurun ke kota Wonosobo. Dari gapura desa ke pusat desa Garung perjalanan ditempuh dalam waktu 1 jam. Di desa Garung/Butuh ini tidak ada losmen untuk bermalam, jadi para pendaki bila ingin bermalam dapat ke rumah kepala desa, sekaligus mendapatkan informasi mengenai G. Sundoro.

Dari belakang desa, perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalur yang langsung menanjak, terus melalui kebun sayur dan jalan menanjak seperti dalam saluran air. Kita kemudian melewati kebun akasia dan tiba di padang rumput, dari sini kita dapat melihat puncak G. Sundoro. Perjalanan sampai ke punggung gunung, makin lama makin curam dan di sini terdapat sebuah batu besar tempat berlindung dari hembusan angin yang keras. Dari tempat ini menuju puncak masih diperlukan waktu 1 jam lagi. Puncak G. Sundoro berbentuk caldera kecil yang bergaris tengah 800 meter, dengan kedalaman 50-100 m dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang, yang merupakan pemandangan yang menarik. Dari desa Garung/Butuh ini menuju puncak memakan waktu 8 jam dan untuk turun memakan waktu kurang lebih 5 jam.

JALUR KLEDUNG
Salah satu jalur yang paling sering digunakan oleh pendaki dan cukup popular adalah jalur dari desa Kledung, desa ini bisa dicapai dari arah Wonosobo atau dari arah Magelang karena letaknya yang berada diantara jalan raya Wonosobo – Magelang.

Akses Transportasi
Jika datang dari arah barat Indonesia sebaiknya akses yang paling cepat adalah dengan menumpang bus jurusan Wonosobo, kemudian naik bus kecil jurusan Magelang dan turun di Desa Kledung, desa ini berada disebelah kiri jalan saat menuju arah Magelang, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 – 40 menit. Jika datang dari arah timur Indonesia sebaiknya mencapainya dari Magelang, dan kemudian menumpang bus kecil jurusan Wonosobo dan turun di Desa Kledung. Didesa Kledung terdapat basecamp pendaki yang saat in dikenal dengan nama Basecamp Sindoro, dewasa ini pengelolaannya dipegang oleh seorang pemuda yang akrap di panggil dengan “Ragil”.

Perijinan
Perijinan bisa di urus ini basecamp Sindoro setiap pendaki dikenakan retribusi sebesar Rp.3.000,- /orang. Dan mendaftarkan seluruh anggota timnya di Basecamp ini, tidak terlalu berbelit-belit perijinannya. Di basecamp ini pendaki bisa menginap, gratis kecuali makanan.

JALUR PENDAKIAN
Basecamp Kledung – Pos I
Dari basecamp Kledung menuju pos I menempuh jarak kurang lebih 2,5 jam perjalanan, dengan melewati jalan aspal berbatu-batu selama kurang lebih 2 jam, dan kemudian kita akan menjumpai sebuah pos bayangan yang biasa nya merupakan pangkalan ojek yang menawarkan jasanya pada setiap pendaki. Etape dari basecamp hingga pangkalan ojek ini juga bisa ditempuh dengan ojek untuk mempersingkat waktu pendakian, tarifnya Rp.10.000,- Dari pakalan ojek hingga Pos I sudah tidak begitu jauh sekitar 30 hingga 40 menit kita akan sampai di Pos I


Pos I – Pos II
Pos I merupakan sebuah bangunan yang juga berfungsi sebagai warung penduduk. Dari pos ini jalan setapak terus menanjak dan kemudian berbelok kekiri dan kemudian ada rutenya menuruni piggiran punggungan dan kemudian mendaki punggungan berkutnya. Jalan setapaknya jelas sekali sepanjang jalur pendakian banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon penghijauan seperti lamtorogung. Jarak tempuh dari Pos I ke Pos II kurang lebih dua jam.

Pos II – Pos III
Pos II berupa bangunan tanpa dinding, dan atapnya pun tinggal separo, berada persis dipinggir jalan setapak, pos ini hanya berupa tempat peristirahatan sementara, kecil sekali dan tidak ada sumber mata air. Dari Pos II menuju pos II jalur pendakian mulai terbuka dan semakin menanjak. Jalan setapaknya mulai berbatu-batu, dari etape ini padangan kita sudah bisa jelas melihat gunung Sumbing yang tegak berdiri dibelakang kita. Waktu tempuh dari Pos II hingga Pos III kurang lebih 2 – 3 jam.
Pos III – Pos IV
Pos III merupakan sebuah dataran yang cukup luas persis diatas punggungan, lokasi ini sering dijadikan sebagai tempat bermalam oleh pendaki, hanya disini tidak ada sumber mata air, Gunung Sindoro memang dikenal sebagai gunung yang tidak mempunyai sumber mata air, jadi pendaki harus membekali dirinya dengan persediaan air yang cukup jika hendak bermalam di Pos ini. Selain itu pos III sering juga dijadikan sebagai lokasi warung bagi penduduk pada musim-musim ramai pendakian. Jalur pendakian dari Pos III menuju pos IV semakin curam dan terkadang tanjakannya sedikit susah untuk dilewati, selepas pos III jalur pendakian sedikit memasuki kawasan yang cukup rimbun oleh pohon namun ini tidak berlangsung lama, tak lama kemudian kembali jalur terbuka dan ditumbuhi oleh ilalang. Jalan setapak dipenuhi oleh batu-batu, tapi pemandangan dibelakang kita sangat bagus Dari Pos III ke Pos IV jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam

Pos IV – Kawasan Puncak
Pos IV sendiri tidak begitu jelas karena tidak ada bangunan dan cirri-ciri khusus. Pos ini hanya berupa sebuah tempat datar yang hanya cocok untuk satu tenda, di sekitarnya ada beberapa tempat datar lagi akan tetapi cukup jauh berjauhan letaknya. Umumnya para pendaki yang berjumlah sedikit anggota timnya lebih memilih Pos IV sebagai lokasi untuk menginap. Banyak juga yang memilih melewati pos ini dan langsung ke puncak. Jarak dari Pos IV ke kawasan puncak sekitar 2 jam.

Kawasan Puncak
Dikawasan puncak Gunung Sindoro terdapat sebuah kawah dan ada banyak tempat datar yang bisa dijadikan sebagai lokasi camping. Jika musim hujan pada dasar salah satu kawahnya terdapat air genangan hujan yang bisa dijadikan sumber air untuk memasak, memang rasanya sedikit kecut tapi lumayan untuk dipakai memasak.

Lokasi menarik
Di areal gunung ini tidak begitu banyak lokasi menarik, hanya pemandangan lepas ke arah gunung Sumbing, Merbabu dan Merapi yang indah untuk dinikmati.

Baca lebih lanjut »

Gunung Salak

Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak astronomis puncak gunung ini ialah pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.

Secara administratif, Gunung Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Vulkanologi dan geologi
Gunung Salak merupakan gunung api strato tipe A. Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.

Menurut Hartman (1938) Gunung Salak I merupakan bagian gunung yang paling tua. Disusul oleh Gunung Salak II dan kemudian muncul Gunung Sumbul. Sedangkan Kawah Ratu diperkirakan merupakan produk akhir dari Gunung Salak. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup masih merupakan bagian dari Kawah Ratu.

Selain itu Gunung Salak lebih populer sebagai ajang tempat pendidikan bagi klub-klub pecinta alam, terutama sekali daerah punggungan Salak II. Ini dikarenakan medan hutannya yang rapat dan juga jarang pendaki yang mengunjungi gunung ini. Juga memiliki jalur yang cukup sulit bagi para pendaki pemula dikarenakan jalur yang dilewati jarang kita temukan cadangan air kecuali di Pos I jalur pendakian Kawah Ratu, beruntung di puncak Gunung ( 2211 Mdpl ) ditemukan kubangan mata air.Gunung Salak meskipun tergolong sebagai gunung yang rendah, akan tetapi memiliki keunikan tersendiri baik karakteristik hutannya maupun medannya.

Hutan-hutan di Gunung Salak terdiri dari hutan pegunungan bawah (submontane forest) dan hutan pegunungan atas (montane forest). Bagian bawah kawasan hutan, semula merupakan hutan produksi yang ditanami Perum Perhutani. Beberapa jenis pohon yang ditanam di sini adalah tusam (Pinus merkusii) dan rasamala (Altingia excelsa). Kemudian, sebagaimana umumnya hutan pegunungan bawah di Jawa, terdapat pula jenis-jenis pohon puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis sp.), pasang (Lithocarpus sp.) dan aneka jenis huru (suku Lauraceae).

Di hutan ini, pada beberapa lokasi, terutama di arah Cidahu, Sukabumi, ditemukan pula jenis tumbuhan langka yang bernama Rafflesia rochussenii yang menyebar terbatas sampai Gunung Gede dan Gunung Pangrango di dekatnya. Pada daerah-daerah perbatasan dengan hutan, atau di dekat-dekat sungai, orang menanam jenis-jenis kaliandra merah (Calliandra calothyrsus), dadap cangkring (Erythrina variegata), kayu afrika (Maesopsis eminii), jeunjing (Paraserianthes falcataria) dan berbagai macam bambu.

Margasatwa
Aneka margasatwa ditemukan di lereng Gunung Salak, mulai dari kodok dan katak, reptil, burung hingga mamalia. Hasil penelitian D.M. Nasir (2003) dari Jurusan KSH Fakultas Kehutanan IPB, mendapatkan 11 jenis kodok dan katak di lingkungan S. Ciapus Leutik, Desa Tamansari, Kab. Bogor. Jenis-jenis itu ialah Bufo asper, B. melanostictus, Leptobrachium hasseltii, Fejervarya limnocharis, Huia masonii, Limnonectes kuhlii, L. macrodon, L. microdiscus, Rana chalconota, R. erythraea dan R. hosii. Hasil ini belum mencakup jenis-jenis katak pohon, dan jenis-jenis katak pegunungan lainnya yang masih mungkin dijumpai. Di Cidahu juga tercatat adanya jenis bangkong bertanduk (Megophrys montana) dan katak terbang (Rhacophorus reinwardtii).

Berbagai jenis reptil, terutama kadal dan ular, terdapat di gunung ini. Beberapa contohnya adalah bunglon Bronchocela jubata dan B. cristatella, kadal kebun Mabuya multifasciata dan biawak sungai Varanus salvator. Jenis-jenis ular di Gunung Salak belum banyak diketahui, namun beberapa di antaranya tercatat mulai dari ular tangkai (Calamaria sp.) yang kecil pemalu, ular siput (Pareas carinatus) hingga ular sanca kembang (Python reticulatus) sepanjang beberapa meter.

Gunung Salak telah dikenal lama sebelumnya sebagai daerah yang kaya burung, sebagaimana dicatat oleh Vorderman (1885). Hoogerwerf (1948) mendapatkan tidak kurang dari 232 jenis burung di gunung ini (total Jawa: 494 jenis, 368 jenis penetap). Beberapa jenis yang cukup penting dari gunung ini ialah elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan beberapa jenis elang lain, ayam-hutan merah (Gallus gallus), Cuculus micropterus, Phaenicophaeus javanicus dan P. curvirostris, Sasia abnormis, Dicrurus remifer, Cissa thalassina, Crypsirina temia, burung kuda Garrulax rufifrons, Hypothymis azurea, Aethopyga eximia dan A. mystacalis, serta Lophozosterops javanica. Sebagaimana halnya reptil dan kodok, catatan mengenai mamalia Gunung Salak pun tidak terlalu banyak. Akan tetapi di gunung ini jelas ditemukan beberapa jenis penting seperti macan tutul (Panthera pardus), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata) dan trenggiling (Manis javanica).


Sunrise di gunung salak


Bagi masyarakat yang hobi dan suka alam bebas, Gunung salak merupakan salah satu tujuan mereka guna memenuhi kepuasan untuk bagaimana caranya menghargai dan mencintai alam. Gunung Salak mempunyai pemandangan dan pesona alam yang masih asri. Bila Anda ingin mencoba wisata petualangan dengan mendaki Gunung Salak, Anda dapat menggunakan beberapa jalur pendakian, salah satunya melalui Jalur Girijaya dan Jalur Kutajaya (Cimelati).

Gunung Salak sejak jaman dahulu sudah sering dikunjungi oleh para pejiarah, karena terdapat patung pemujaan di puncak gunung Salak. Selain itu terdapat juga makam Embah Gunung Salak yang sering dikunjungi para pejiarah. Sedangkan di kaki Gunung Salak banyak terdapat tempat-tempat keramat, salah satunya adalah makam keramat dan ada juga pura dengan sebutan Kuil Prabu Siliwangi.

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, karena pada musim penghujan jalur menjadi becek seperti rawa dan licin sekali. Selain itu angin seringkali bertiup kencang. Sebenarnya gunung ini dapat didaki dari beberapa jalur, di antaranya jalur yang umum sering dipakai adalah jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak 1 dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Jalur yang penuh dengan nuansa mistik untuk berziarah adalah jalur dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Desa Kutajaya / Cimelati.

Rute Pendakian
Di sekitar pintu masuk Wana Wisata ini terdapat tempat-tempat yang nyaman untuk berkemah, juga banyak terdapat warung-warung makanan. Untuk menuju ke Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 3-5 jam perjalanan, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan waktu sekitar 8 jam.

Dari bumi perkemahan menuju shelter I, jalur awalnya cukup curam, berupa batu-batuan yang ditata rapi. Kemudian akan memasuki kawasan hutan tropis yang lebat dengan pohon-pohon yang besar, sekitar 1/2 jam kemudian Anda akan melewati jalur yang bervariasi, datar, naik dan turun.

Menuju shelter II, jalur mulai lembab dan basah. Beberapa sungai kecil akan Anda lewati, namun bila musim kemarau sungai ini akan kering. Anda akan menyusuri jalur yang banyak ditumbuhi pohon-pohon pisang, namun jangan berharap menemukan buah pisang yang matang karena daerah ini banyak di huni monyet. Bila hari menjelang sore kita akan menyaksikan monyet-monyet bergelantungan di sarang mereka di sekitar jalur ini.

Di shelter II ini terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda, dengan pemandangan hutan tropis yang masih lebat, dan di dekat shelter II ini juga terdapat sungai. Menuju shelter III, Anda akan melewati jalan-jalan yang becek dan berlumpur. Bahkan di beberapa tempat, jalur berupa tanah licin yang curam, namun Anda masih agak tertolong adanya akar-akar pohon.

Untuk menuju shelter IV jalur semakin curam terutama di musim hujan licin sekali karena berupa tanah merah. Di beberapa tempat Anda akan melewati tempat-tempat becek yang kadang kedalamannya mencapai dengkul kaki. Anda akan melewati dua buah sungai yang jernih airnya, sebaiknya Anda mengambil air bersih disungai tersebut karena di sanalah sumber air bersih terakhir yang bisa dijumpai.

Shelter IV merupakan persimpangan jalan. Untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di shelter IV yang cukup luas ini Anda juga dapat mendirikan tenda.


Baca lebih lanjut »

Gunung Rinjani

Gunung Rinjani berlokasi di pulau Lombok NTB ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3726m dpl serta pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT,merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani. yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur. Secara administratif gunung ini berada dibawah tiga kabupaten yaitu: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500m x 4.800m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat danau Segara Anakan seluas 11.000.000m persegi dengan kedalaman 230m. Segara Anakan sering dijadikan tempat pemancingan oleh para pendaki ataupun penduduk setempat. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut, dan disebelah timurnya terdapat gunung Baru yang oleh bahasa setempat disebut dengan Gunung Baru Jari. yang memiliki kawah seluas 170 x 200m dengan ketinggian 2.296 - 2376m dpl. Pada tahun 1994 gunung Baru Jari ini meletus dan memuntahkan isi perutnya di sekitar danau Segara Anakan.

Rute Pendakian
Akses pendakian kepuncak Rinjani bisa dicapai dari banyak tempat dan memiliki pemandangan spesifik yang berbeda-beda.

Rute dari Bayan - Torean (Utara timur laut)
Dari Bayan berjalan kaki atau menumpang angkutan setempat dari Bayan ke Torean, setelah itu menyusur sungai Kokok Putih langsung ke dalam dasar kaldera. Perjalanan memakan waktu satu hari penuh dan agak sulit.

Rute dariBayan - Senaru (Utara)
Senaru dapat dicapai dari ibukota Lombok Mataram dengan kendaraan bermotor (sehari perjalanan). Kemudian berjalan kaki dari Senaru ke Babanan (tepi kaldera sebelah utara), dilanjutkan ke Kokok Putih. Rute ini juga memakan waktu satu hari penuh.Dari kokok putih pendakian akan lebih sulit karena pendaki akan mulai mendaki gunung sebenarnya yaitu menuju puncak rinjani dengan menggunakan jalur gunung plawangan. meskipun demikian pendakian menggunakan jalur ini adalah yang termudah dari jalur - jalur yang lain.

Rute Sembalun Lawang (Tenggara)
Dari mataram naik kendaraan bermotor ke Pesugulan (kira-kira 4 jam). Kemudian lanjutkan ke Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang, ini memakan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan. dari sembalun lawang pendaki dapat mencapai gunung plawangan dan menuju ke segara anakan dengan waktu kira-kira satu hari perjalanan. dan dari gunung plawangan dapat didaki Gunung Rinjani. Jalan ini cukup berat tapi paling banyak digunakan oleh para pendaki. Untuk detail informasi rute ini lihat ulasan rute Sembalun.




Rute dari Sajang
Sajang terletak diantara Sembalun Lawang dan Bayan. pendakian ke Gunung Plawangan tidak jauh berbeda dengan yang dari Sembalun Lawang karena jalan setapaknya tidak jauh dari barat menjadi satu.

Rute dari Kumbi (Sesaut)
Sesaut yang terletak di sebelah baratdaya pegunungan Rinjani hanyalah sejauh 1/2 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor dari Mataram ke arah timur. Perjalanan hingga di Babanan memakan waktu lebih kurang 1 1/2 hari, setelah 2 hari sampai di Kokok Putih. Perjalan trekking yang panjang ini menyuguhkan pemandangan alam terbuka yang indah, tetapi menarik bagi seorang pendaki gunung yang menyukai hutan belantara.

Puncak Rinjani hanya dapat dicapai dari dua arah yaitu dari Gunung Plawangan dan langsung dari Aikmel. Perjalanan dari Aikmel ini sangat berat karena tidak akan ditemukan mata air mengalir dan memakan waktu dua hari perjalanan. jadi disarankan hanya yang memiliki kemampuan navigasi dan survival yang memadai yang disarankan mencoba jalur ini.

Gunung Kondo atau lebih dikenal dengan dengan Gunung Sangkareang Daya oleh rakyat setempat juga Gunung Punduk pertama didaki oleh Basleman pada tahun 1966 dengan menggunakan jalur dari timbanuh. pendakian kurang lebih satu hari. Dari puncak ini Danau Segara Anakan dapat dituruni dan di Timbanuh dapat dicapai dengan kendaraan umum dan sewaan.

selanjutnya menurut penduduk jalan menuju ke Danau Segara Anakan dapat pula dicapai dari :

Luk (kemungkinan lewat babanan) (Utara)
Masbagik (hanya sampai G. Punduk) (Selatan)
Mantang (juga hanya sampai G. Punduk) Barat Daya
Kembangkereng (sampai G.punduk)
Sumber mata air dapat di temui di:

Jalur Sembalun Lawang : Pos II dan di Plawangan Sembalun
Didekat danau segara anakan.
Air danau Segara anakan terasa kecut dan mengandung belerang, tidak enak untuk di minum.

RUTE DARI SEMBALUN
SEMBALUN LAWANG - POS I
Pendakian dimulai dari desa Sembalun lawang yang yang berada pada ketinggian ± 1156m dpl. Sebelum mendaki kita harus melapor di pos taman nasional. Disini juga terdapat losmen untuk beristirahat dengan nama Pondok Sembalun. Dari jalan raya gerbang pendakian segera terlihat dan disamping gerbang ada patung bawang yang besar. Ini mungkin dikarenakan daerah ini adalah penghasil bawang di Lombok. Sepajang jalur ini kita hanya melewati padang rumput yang mendaki dan menurun sesekali menyeberangi kali yang kering serta beberapa cemara gunung (casuarina junghuhniana). Normal jarak tempuh jalur ini adalah ± 2 jam

POS I - POS II
Pos I (08°19' 44,7" LS 116° 24' 07,6" BT) atau Pos Pemantauan merupakan sebuah pondok tanpa lantai yang teletak ditengah jalur di daerah padang rumput serta berada pada ketinggian 1300m dpl. Pos ini tidak ada sumber air. Jalur dari pos ini ke Pos II masih sedikit menanjak dan padang rumput yang terbuka serta masih melewati beberapa aliran lahar dan kali kering. Jalan setapaknya sendiri kadang menurun cukup curam. Normal jarak tempuh jalur ini adalah ±1 jam.

POS II - POS III
Pos II (08°20' 56,2" LS 116° 23' 43,4" BT) atau Pos Tengengean terletak di sebelah kiri jalan agak menjorok kedalam dengan ketinggian 1500m dpl, dan didepan pos ini terdapat sungai kering serta jembatan diatasnya yang merupakan jalur pada rute ini. Di pos ini kita bisa jumpai sumber mata air dan sebuah toilet yang merupakan hasil sumbangan dari sebuah LSM asal New Zealand. Pos nya sendiri letaknya disebuah lembah yang diapit bukit. Jarak tempuh normal ± 1 jam

POS III - PLAWANGAN SEMBALUN (Plawangan II)
Pos III atau Pos Pada Balong (08°22' 10,5" LS 116° 23' 57,1" BT) terletak persis dipinggir aliran lahar/sungai kering, pada ketinggian 1800m dpl. Sebelum mencapai pos ini kita akan bertemu sebuah persimpangan jalan yang memisahkan jalur ke bukit penyesalan (kanan) dan ke jalur penderitaan (kiri). Saat ini jalur yang sering dipakai adalah jalur penderitaan, sedangkan jalur bukit penyesalan sendiri jembatannya sudah runtuh dan jalan setapaknya sudah tidak begitu jelas. Kondisi Pos III ini masih sangat bagus dibanding dua pos sebelumnya. Dari pos ini menuju Plawangan kita akan dihadapkan dengan tanjakan bukit sembilan. Karena kita memang melewati sembilan bukit sebelum sampai di gigiran punggungan yang kemudian belok kiri menuju ke Plawangan. Jarak tempuh normal ± 3,5 jam.

PLAWANGAN SEMBALUN - PUNCAK RINJANI
Plawangan (08°23' 36,1" LS 116° 26' 26,4" BT) sendiri merupakan sebuah dataran yang cukup luas untuk beberapa tenda yang terletak diatas gigiran punggungan yang menyatukan dengan pungungan menuju puncak serta berada pada ketinggian 2639m dpl. Dari sini terlihat jelas Segara anakan dan gunung baru. Disini terdapat sebuah toilet, dan juga sebuah sumber air yang berupa pancuran. Puncak Rinjani terlihat kelas dari sini. Hati-hati terhadap monyet didaerah ini mereka sangat agresif untuk merebut makanan setiap pendaki yang lengah. Jarak tempuh normal kepuncak ±3 jam.

PUNCAK 3726M dpl.
Perjalanan dari Plawangan kepuncak mulai dihadapkan pada tanjakan-tanjankan yang curam dan berdebu sampai pada batas gigiran puncak kemudian berbelok kekiri mengikuti gigiran puncak yang berpasir lembut membuat sulit untuk melangkah. Mendekati puncak tanjakan cukup terjal dan berpasir halus. Pemandangan di sekitar puncak kita dapat melihat sayup-sayup dari arah timur ada gunung Tambora serta kepulaan Sumbawa, sebelah barat terlihat Gunung Agung di bali serta pelabuhan Lembar dan juga kearah bawahnya ada segara anakan beserta Gunung Baru Jari, sebelah utara kearah bawah kita bisa melihat kawah gunung Rinjani yang sudah tidak aktif lagi.

RUTE DARI SENARU
SENARU - POS II
Di Senaru (601m dpl) kita juga harus melapor di pos taman nasional. kemudian jalan setapak dimulai dengan jalan lurus melewati perkebunan penduduk kemudian memasuki mulut hutan ada papan pengumuman dari taman nasional. dari sini jalan setapak belum begitu menajak, kita akan melewati Pos I yang berupa sebuah pondok kecil yang terletak didekat pohon beringin berkaki tiga. Keadaan hutan tidak begitu rapat dan gelap tapi lebih sejuk dibanding rute Sembalun. Jalan setapak yang dilewati untuk mencapai pos ini relatif menanjak dan kadang-kandang agak datar akan tetapi terasa agak panjang. Jarak tempuh normal ±3 jam.

POS II - POS III
Pos II atau pos Montong Satas berada pada ketinggian 1500m dpl, disini ada sumber mata air. Dari sini menuju Pos III jalan setapaknya mulai menanjak serta banyak akar pohon di sepanjang jalan setapak akan tetapi pepohonan masih rapat dan terhindar dari terik panas matahari. JArak tempuh normal ±2 jam.

POS III - PLAWANGAN SENARU
Pos III atau Pos Mondokon Lolak ini berada pada ketinggian 2000m dpl. Disini terdapat dua pondok akan tetapi kondisi yang satunya sudah hampir roboh. Disini juga ada sumber mata air. Setelah keluar dari hutan kita akan langsung dihadapkan dengan jalan setapak yang terbuka dan akan samapai pada daerah cemara tiga, disini cukup luas untuk mendirikan tenda akan tetapi tidak ada air. Dari cemara tiga ini jalan menanjak terus serta jalan setapaknya berbatu-batu melewati beberapa punggungan bukit yang ditumbuhi rumput dan terbuka. Jarak tempuh normal ±2 jam.

PLAWANGAN SENARU - CAMP SEGARA ANAK
Dari Plawangan (2641m dpl) ini kita bisa melihat dengan jelas danau segara anakan, puncak rinjani. Disini tidak ada sumber air akan tetapi ada toiletnya. Dari plawangan ini jalur kemudian menuruni sebuah tebing batu yang curam kemudian terus melipir turun punggungan bukit, sesekali terdapat tanjakan akan tetapi tidak begitu curam. Sampai didanau jalan setapak terus menyususri dananu hingga sampai pada lokasi basecamp danau segara anakan. Jarak tempuh normal ±2 jam.

CAMP SEGARA ANAKAN
Pada lokasi basecamp ini terdapat dua toilet untuk pria dan wanita. Di segara anakan ini terdapat banyak sekali ikan yang bisa dipancing . Suhu pada siang hari berkisar antara 10°C - 15°C dan pada malam hari suhu bisa turun drastis terutama sekali pada musim kemarau. Kadang-kadang angin juga bertiup cukup kencang. Dari sini rute menuju puncak akan melewati plawangan sembalun dengan telebih dahulu melewati tanjakan yang cukup memeras tenaga melewati jalan setapak berbatu melipiri gigiran tebing yang berakhir pada petigaan rute Sembalun Lawang.




RUTE DARI TOREAN (updated by Ge'an)
Beberapa kalangan bahkan mungkin sebagian besar pendaki gunung dan wisatawan mengenal pendakian gunung Rinjani melalui rute Timur yaitu Sembalun dan Rute Barat Laut melalui Senaru. Ternyata Rinjani masih menyimpan beberapa jalur tradisional yang sering dilalui para penduduk dan nelayan setempat untuk menuju Segara Anak. Karena tujuan utama pendakian gunung biasanya adalah mencapai puncak Rinjani dahulu baru menuju Segara Anak, maka jalur-jalur ini sangat jarang dipakai oleh para pendaki.

Salah satu jalur yang sangat menarik untuk dilalui namun jarang diminati pendaki pada umumnya adalah jalur di sisi utara Rinjani yang berupa lembah dalam dan bermuara di Segara Anak. Jalur Torean sering dilalui penduduk lokal untuk menuju goa Susu, goa Manik, dan lainnya yang berada beberapa ratus meter sebelum Segara Anak, serta merupakan jalur rutin yang dilalui prosesi PAKELEM bagi umat Hindu setiap tahunnya.

Akses transportasi menuju Torean dan lainnya
Dari terminal Cakranegara – Lombok, menuju termilnal Bayan ditempuh dengan colt umum selama +/- 3 jam dengan biaya 10.000/orang.

Kemudian sebaiknya dari terminal Bayan menggunakan jasa ojek untuk sampai di desa Torean memakan waktu hampir 1 jam perjalanan melaui pedesaan dan perkebunan kopi makin ke dalam semakin jarang dihuni penduduk. Jalur masih berupa jalan tanah yang rusak dan berdebu (bayangkan saja kalau musim penghujan tiba) dan ojek merupakan satu-satunya transportasi yang bisa mencapai Torean selain truk yang sangat jarang melintas menuju Torean.
Jasa ojek bisa kita hargai antara 12.000 – 15.000 per orang mengingat dengan susah payah sepeda motor-sepeda motor itu memuat carrier dan penumpangnya dalam medan bergelombang.

Sebaiknya gunakan jasa porter untuk sampai di Segara Anak (walau perlu dicatat, jasa porter cukup mahal di sini antara +/- 100.000 per hari karena jarangnya pendaki yang melalui jalur ini) karena sering ditemui percabangan jalur dengan jalur lainnya. Bisa hubungi penjaga gerbang setempat (bapak Mangku). Sementara itu, jangan mengira akan ada pos pendakian seperti di jalur-jalur pendakian lainnya, starting point hanya berupa portal jalan dengan tulisan kawasan Taman Nasional gunung Rinjani.

Sebaiknya bermalam di Torean, bisa di rumah pak Mangku (persis di samping portal TamNas dan musholla) dan memulai perjalanan pagi berikutnya. Ini disebabkan karena jalur Torean agak berbahaya dilalui pada malam hari dan keindahan yang disajikannya juga akan sia-sia bila kita melintasinya saat malam hari.

RUTE PENDAKIAN

Torean – Segara Anak
Ada beberapa titik break point selama menuju Segara Anak karena sebenarnya tidak ada yang bisa disebut pos, kecuali satu shelter yaitu pos I yang dapat ditempuh selama +/- 2,5 jam melaui hutan lebat Taman Nasional dan beberapa jalur naik turun menyeberangi lembah-lembah bekas aliran sungai kering yang sangat mendominasi jalur. Terdapat sungai kecil memotong jalur dari pos 1 menuju Pelawangan Torean. Tiba saatnya menikmati dan menyaksikan ciri khas jalur Torean setelah beberapa saat keluar dari areal pos 1.

Jalur benar-benar berbeda, kita berada di lembah dalam sisi utara Rinjani yang membawa aliran air dari Segara Anak melalui sungai Kokok Putih. Kokok dalam bahasa setempat berarti sungai, dan sungai ini memang mengalirkan air berwarna putih kehijauan yang mengindikasikan kandungan sulfur yang tinggi didalamnnya.

Melipir di sisi kanan dinding lembah mengikuti aliran Kokok Putih yang berada di kiri jalur jauh beberapa ratus meter di bawahnya. Berseberangan dengan jalur ini merupakan dinding terjal bagian barat dari jalur Sembalun. Setapak kecil dan jalur berbatu mengisi perjalanan naik turun beberapa bukit batu hingga sampai pada Pelawangan Torean yang mungkin tidak nampak seperti pelawangan pada umumnya karena tidak ada satupun petunjuk arah dan keterangan tempat di sepanjang jalur ini. Pelawangan berupa puncak jalur dan beberapa batu serupa triangulasi dan air terjun di sisi kiri yang akhirnya mengantarkan menuruni turunan tajam untuk sampai di anak sungai Kokok Putih.

Tempat yang unik untuk dijadikan tempat istirahat, Propok namanya. Pertemuan beberapa aliran sungai dari Segara Anak yang merembes berupa beberapa air terjun lagi di sekitar Propok. Pemandangan yang unik dan menarik, aliran sungai berwarna putih kecoklatan, bersuhu hangat bertemu dengan air jernih dan dingin menjadi satu mengalir dalam aliran Kokok Putih yang sebenarnya.

Tak berapa lama setelah satu tanjakan bukit lagi, kita akan memasuki kawasan goa dan kolam air panas alami yang banyak terdapat di sekitar Segara Anak. Mengikuti jalur air menelusuri tetumbuhan jelatang hutan untuk sampai di muara sungai-sungai kecil air hangat dan sampai di depan goa Susu dengan kolam-kolam air panas yang menggoda untuk kita segera berendam di dalamnya.

Waktu tempuh yang diperlukan adalah +/- 7 – 8 jam serta 45 menit lagi untuk sampaike Segara Anak.

Segara Anak – Pelawangan Sembalun
Jalur Torean memang menambah waktu sehari sebelum sampai di puncak bila melalui jalur normal Sembalun. Kita harus menanjaki tebing Pelawangan Sembalun selama +/- 4 jam untuk sampai di Pelawangan Sembalun sebelum camp terakhir. Dari sini, jalur kembali ke jalur normal dari arah Sembalun untuk sampai di puncak.

Kenapa jalur Torean ?!
Bagi yang sedikit jenuh dengan jalur sabana Sembalun yang tak berkesudahan selama sehari perjalanan, jalur Torean merupakan pilihan yang tepat karena jalurnya yang sejuk dan hijau serta menyimpan keindahan air tejun Kokok Putih.Sebelum melanjutkan perjalanan mendaki tebing Pelawangan Sembalun, kita bisa relaksasi terlebih dahulu di kolam-kolam air panas alami yag banyak terdapat di sekitar Segara Anak, sangan baik untuk otot yang letih dan bermalam sehari di Segara Anak menikmati pemandangan yang cantik dari istana Dewi Anjani yang diyakini menguasai kawasan Rinjani. Tentunya tewaran kedua ini bagi mereka yang memiliki waktu cukup panjang dalam perjalanan dan bersedia menikmati keindahan dan kedamaian bermalam di Segara Anak hingga dua kali saat akan turun kembali dan melalui jalur Senaru.Selamat menemukan keidahan yang mistis dari jalur Torean yang akan dipenuhi cerita dan perasaan yang berbeda dari jalur lainnya saat menapaki Rinjani.

Perijinan
Baik dari rute Sembalun Lawang maupun Senaru terdapat Pos Taman Nasional untuk mengurus perijinan pendakian. Biaya per orang Rp.3000,- dan sudah termasuk asuransi. Bagi yang membutuhkan porter atau guide bisa juga diurus oleh petugas disini. Honor untuk satu orang porter Rp.40.000,- per harinya dan porter-porter ini sudah sangat berpengalaman, jika dibutuhkan mereka juga bisa memasak, selain mengambil air dan menjaga tenda dan bahan makanan dari serangan monyet-monyet gunung yang banyak sekali terdapat di Plawangan Sembalun

Tempat Menarik
Danau Segara Anak
Danau indah ini terbentuk dari bekas kawah, seluas 11.000.000m persegi dengan kedalaman 230m. Danau ini sangat kaya dengan ikan. Bukan hanya pendaki saja yang memancing disini, akan tetapi para penduduk setempat banyak yang datang untuk memancing. Mendaki gunung Rinjani kalau tidak bermalam dipinggir danau ini rasanya ada sesuatu yang kurang. Danau ini terlihat cantik sekali dari puncak gunung Rinjani.

Goa Susu
Goa ini dinamakan goa susu oleh karena air berwarna putih yang mengandung belerang yang keluar dari celah bebatuan didalam gua ini. Celah untuk masuk goa ini sangat sempit dan sangat susah untuk dilewati. Penduduk setempat percaya barang siapa yang bisa masuk sampai kedalam goa ini berarti orang tersebut mempunyai hati yang bersih.

Air Kalak
Air Kalak dalam bahasa setempat yang artinya air panas, mengalir dari atas kebawah dan membentuk kolam-kolam kecil yang mempunyai suhu yang berbeda-beda. Jika anda ingin berendam, tinggal pilih anda menyukai suhu panas, hangat atau suam-suam kuku.

Gunung Baru Jari
Gunung Baru Jari (bahasa Suku Sasak) yang artinya gunung baru jadi. Gunung ini membuat pemandangan gunung Rinjani menjadi khas dan tidak ada duanya.

Desa Tradisional Sasak
Desa ini berada tepat disamping Pos Taman Dasional di Senaru. desa ini sangat unik karena ciri bangunan rumah yang da didalam komplek desa sasak ini masih mempertahankan keaslian budaya suku sasak. Seperti halnya dengan suku Baduy di Banten, rumah suku Sasak ini tanpa memakai paku dan terlihat sangat tertata rapi. selain desa tradisional ini di Senaru juga ada air terjun yang dinamakan SINDANG GILE, yang terletak tidak begitu jauh dari Senaru.

Air Terjun Sindeng Gile
Air terjun ini berada tidak jauh dari penginapan di Senaru dan bisa dicapai dengan jalan kaki. Sindang gile ini merupakan salah satu objek andalan dari Senaru. Up-date Data
Archiaston Musama (Moderator milis highcamp)

Rinjani 3,726 mdpl memiliki panaroma yg paling bagus diantara gunung-gunung di Indonesia. Salah satu tempat tujuan wisata adventure favorite dari seluruh dunia. Keunikan lain dari Rinjani adalah Porter-nya; mereka bukan hanya tahan membawa logistik berat tetapi sekaligus koki yg handal dan guide yg menarik.

Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari Penduduk lokal, mahasiswa, pencinta alam. Temperature udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi dibulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga summit attack bisa dilakukan kapan saja. Selain puncak, tempat yg sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau kawah di ketinggian 2,000 mdpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua point entry terdekat di ketinggian 500 mdpl dan 1,200 mdpl). Kebanyakan pendaki menyukai start entry dari arah Sembalun, krn bisa menghemat 700m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas krn melalui padang savana yg terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). Sunblok krem sangat dianjurkan.

Sedangkan dari arah Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut krn melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 9 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2,700 mdpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun kearah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2,000 mdpl) yg bisa ditempuh dlm 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yg banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di kolam air panas dan mancing.

Utk mencapai puncak (dari arah Danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1,000m yg ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir utk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari utk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani. Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; krn meniti di bibir kawah dgn margin safety yg pas2an (no point for error please). Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dgn susah payah, krn satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil).

Buat highlander - ini tempat yg paling menantang dan disukai krn beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yg indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Utk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina,"patience" dan "passion".

Keseluruhan perjalanan dpt dicapai dlm program 3 hari dua malam, atau kalau mau lihat dua objek lain: gua susu dan gunung baru jaro (kawah baru ditengah danau) perlu tambahan waktu 2 hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan. tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. tenda, sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yg diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari homestay2 yg menjamur di desa Senaru. Yg unik lainnya dari Rinjani, disana ada cukup banyak toilet. Bentuknya kotak besi warna hijau. Diatasnya ada penampung air hujan. Juga ada yg pake tangki fibre glass. Tapi sayang nggak ada airnya. Tapi don't worry, alam akan mengajarkan kita how to back to nature.

Cerita ttg pemandangan, rasanya kita nggak akan kehabisan momen pengambilan gambar. Pagi dan sore saat yg paling indah utk difoto, Rinjani dgn kontour tiga dimensinya yg ektrim menyediakan begitu banyak sudut indah. Awan, kabut, pohon2 tunggal ditengah savana, monyet2 yg expresif, porter2 in action, wajah gembira mahasiswa ketika mendptkan karper besar, perjuangan menggapai puncak rinjani - menyediakan banyak momen bagus utk difoto. Jika waktu kita pendek sekali, Lombok masih dpt dicapai dlm liburan sabtu-minggu. Sekarang ini banyak penerbangan JKT Lombok (via SBY), dgn tarip sekitar 350rb-an sekali jalan; mungkin bisa lebih rendah tergantung sisa seat (booking lebih awal).

Kalau menggunakan Lion penerbangan sore, kita bisa berangkat sesudah pulang kerja di Juma't petang, tiba di Mataram sekitar jam 22:00. Langsung ambil taksi airport menuju Sembalun Lawang (200rb) yg ditempuh dlm 2.5 jam perjalanan atau ke Senaru (175rb). Di Senaru banyak homestay bersih dan bagus dgn tarip 30~50 rb-an. Atau di Sembalun Lawang spt. Homestay Lembah Rinjani dan Nauli (dua2nya bagus), dgn pemandangan spektakular menghadap Rinjani. Tarif 100rb-an.

Sabtu pagi bisa langsung naik lewat Senaru ke Plawangan Senaru dan turun ke danau. Tiba sore hari. Bisa bermalam di Plawangan saja (pemandangan sangat bagus) turun ke danau pagi hari atau turun ke Danau langsung bermalam disini). Minggu paginya ada cukup waktu utk menikmati air panas, mancing atau berleha-leha. Jam 11:00 kembali dgn rute yg sama (Senaru). Tiba hampir magrib, langsung transfer ke Airport Selaparang dgn penerbangan terakhir (Citylink atau Lion). Senin pagi sudah masuk kerja, tentu dgn sedikit kaki pegel2. Jika sambung ke puncak, butuh satu hari lagi day off, yg ini barangkali bisa dipertimbangkan saat harpitnas atau cuti liburan.
Baca lebih lanjut »